Friday, August 12, 2011

Membaca Lagi Komik Surga Dan Neraka (Masih Sereeem...!!!)


Komik Neraka, membuat trauma.


JIKA ditanya komik yang bikin mimpi buruk hingga terkenang bertahun-tahun lamanya, saya bakal jawab: komik surga-neraka.

Ya, bagi anak-anak generasi 1970-an hingga 1990-an, komik surga-neraka adalah mimpi buruk yang menghantui terus hingga dewasa. Siapa yang tak terkenang, tubuh-tubuh telanjang dibenamkan ke air mendidih dan sungai darah campur nanah, lidah digunting, kepala disiram timah panas, digigit kalajengking dan ular raksasa, dan macam-macam siksaan lain.

Tak terbayangkan, komik menyeramkan seperti itu justru banyak dikonsumsi anak-anak kecil di masa itu. Sebelum menulis artkel ini, saya bertanya pada rekan sekerja apa mereka kenal komik surga-neraka. Semuanya, kawan-kawan kantor saya rata-rata mengalami masa kanak-kanak 1980-an dan 1990-an, mengaku mengenal komik itu dan punya kenangan buruk masing-masing.

Seorang kawan mengatakan komik itu diajarkan khusus di tempatnya mengaji. "Nanti begini ini siksa neraka," kata seorang kawan saya menirukan guru mengajinya ketika kecil. Hasilnya efektif, ia ketakutan.

Komik surga-neraka tipis saja. Dicetak dalam kertas koran murahan. Hanya covernya yang berwarna. Sampulnya kadang bekas kalender. Tapi pengaruh komik ini sangat luas. Saat majalah Islam Madina (edisi Agustus 2009) membuat laporan 100 Buku Islam Paling Berpengaruh, redaksinya tak lupa mencantumkan komik surga-neraka sebagai yang patut disebut. Dikatakan sebagai, "Genre komik yang memberi mimpi buruk banyak anak Indonesia sejak 1970-an. Salah satu komikus terkenalnya adalah Tatang S (yang biasa membuat komikPetruk-Gareng). Terkenal karena gambaran adegan siksaan neraka yang gamblang."

***

Sampul komik "Taman Firdaus"


Sebetulnya sejak kapan komik surga-neraka muncul?

Mengacu pada Marcel Bonneff di bukunya Komik Indonesia (pertama terbit dalam bahasa Perancis tahun 1976, edisi Indonesia terbit 1998), kelahiran komik surga-neraka ditandai muncul kesadaran kalau gambar bisa jadi cara ampuh untuk menyampaikan gagasan kepada anak-anak maupun orang yang buta huruf. Bonneff menyebut komik jenis ini sebagai komik didaktis. Kata Bonneff pula, organisasi keagamaan kemudian mengambil komik sebagai medium menyampaikan nilai-nilai ajaran agamanya.

Untuk keperluan madrasah (sekolah Islam), catat Bonneff, penerbit Melodi menerbitkan kisah-kisahyang menonjolkan peranan umat Islam dalam masyarakat (Surga di Bawah Telapak Kaki Kaum Ibu) dan yang menguraikan kewajiban umat (Taman Firdaus). Penerbit Melodi berada di Bandung yang dikenal sebagai penerbit komik-komik wayang karya RA Kosasih.

Komik Taman Firdaus karya KT Ahmar hingga kini dicatat sebagai komik surga-neraka pertama yang terbit pada 1961. Karena terbit tahun 1961, ejaannya masih pakai ejaan lama.


Membacanya lagi saat ini, saya menyimpulkan komik setebal 32 halaman itu punya kualitas penceritaan selayaknya novel grafis. Kisahnya runut, mengikuti perjalanan tokohnya dari lahir, semasa hidup, meninggal, mengalami siksa kubur, hingga kiamat, dan akhirnya masuk surga dan neraka. Taman Firdaus bercerita tentang dua lelaki: Saleh dan Karma. Dari namanya sudah ketahuan, Saleh anak yang saleh, berperangai baik, rajin belajar, suka beramal. Karma kebalikannya. Lahir dari keluarga kaya, Karma dimanja sejak kecil dan berani menghardik orang miskin. Setelah remaja, ia sering membolos sekolah. Saat dewasa kerjanya foya-foya dengan kekayaan dari orangtuanya. Karma juga kerap mempermainkan wanita.

Pengarang komik ini merendengkan hidup Saleh dan Karma dalam panel berdampingan. Di panel satu, Saleh dikatakan "tiap hari Djum'at Saleh pergi ke mesdjid.", di panel sebelahnya: "Sedangkan Karma pergi ke kolam renang waktu sholat Djum'at."

Begitu terus hingga akhir. Karma jatuh sakit dan melihat malaikat pencabut nyawa. Ketika akan dicabut nyawanya diceritakan Karma menderita dan sakit tak terhingga. Sedang Saleh menhdapi maut dengan tenang dan ikhlas. "Ringan benar orang jang saleh," kata

Di alam kubur, Karma disiksa. Sedang Saleh dilapangkan dan diberi terang, serta waktu terasa sebentar saja menunggu kiamat tiba. Setelah kiamat, saat semua makhluk di bumi ditentukan nasibnya masuk neraka atau surga, kita tentu sudah tahu, Karma masuk neraka, sedang Saleh masuk surga.

Pertentangan kelas dalam komik Taman Firdaus.


Tapi, komik kemudian lebih banyak menampilkan siksa neraka yang didera Karma. Hanya ada satu panel sehalaman penuh di akhir buku yang mengatakan Saleh "hidup abadi penuh dengan nikmat dan ridji berlimpah-limpah. Itulah pahala dari Tuhan bagi mereka jg taat kepada agama dan mengerdjakan amal saleh." Gambarnya: taman indah dengan kolam air mancur di tengah, di latar belakangan bangunan pencakar langit serta mesjid. Ada catatan tambahan di gambar itu: "Gambar tjiptaan semata-mata."

Menurut pengamat komik Hikmat Darmawan di akun Twitter-nya suatu kali, komik Taman Firdaus jadi menarik karena tersirat ada pertentangan kelas si kaya dengan si miskin. Si miskin, karena usaha keras dan taat beribah kemudian hidup sukses dan setelah mati masuk surga. Sedang si kaya, karena sukanya berfoya-foya dan berperangai buruk, hidup sengsara dan masuk neraka.

Karena muncul di era Demokrasi Terpimpin Soekarno, komiknya juga menyelipkan nilai-nilai kebaikan (baca: jargon) masa itu berupa "Usdek" dan "Sapta Usaha Tama".

***

Sukses komik Taman Firdaus kemudian mendorong penerbit lain menerbitkan komik sejenis. Komik Neraka terbit awal 1970-an oleh penerbit MA Jaya. Bedanya dengan Taman Firdaus, plot komik Neraka tak mengisahkan kehidupan manusia yang baik dan yang jahat. Kisahnya mengambil bagian dari perjalanan Nabi Muhammad saat Isra-Mi'raj. Nabi diajak malaikat melihat surga dan neraka. Tapi komik Neraka, sesuai judulnya, lebih memilih menggambarkan berbagai siksa neraka.

Penggambaran neraka di komik Neraka.


Di neraka jahanam, misalnya, orang-orang di siksa digantung dengan kepala di bawah sambil kaki dan tangan diikat rantai. Tubuh mereka dibenamkan ke air panas mendidih yang panasnya 1000 kali panas air mendidih di dunia. Halaman-halaman lain menggambarkan sosok-sosok telanjang dengan siksa neraka masing-masing yang mengerikan.

Hal ini mengundang tanya, mengapa penggambaran neraka di komik yang ditujukan bagi anak-anak begitu eksplisit dan vulgar?

Menurut Hikmat Darmawan, vulgarisme di komik-komik itu senada dengan kecenderungan eksploitatif komik-komik horor dan silat Indonesia pada 1970-an dan 1980-an. Komik masa itu memang tak sungkan menggambarkan adegan sensual, horor, maupun sadis.

Perlu diingat juga, jika melihat halaman belakang komik surga-neraka ada stempel dari pihak berwajib (entah polisi atau kejaksaan) yang menandakan kalau komik tersebut sudah melewati sensor lembaga itu. Artinya pula, adegan-adegan sadis termasuk sosok-sosok telanjang di dalamnya telah disetujui untuk tetap tampil di komik.

***

Hingga kini, saya rasa, komik surga-neraka masih bisa ditemui di penjaja buku Islam dan Al-Quran keliling maupun toko buku kitab pinggiran. Bahkan, berselancar ke internet, Anda bisa menemukan versi pdf komik Taman Firdaus dan Neraka, tinggal diunduh.

Buat saya, pertanyaan penting yang patut diajukan adalah: apa komik surga-neraka kemudian hanya menimbulkan kenangan traumatis atau sesuai tujuannya, membuat kita jadi lebih saleh karena takut siksa neraka? Silakan dijawab dengan jujur.***


Penggambaran surga hanya dalam satu gambar di akhir komik "Taman Firdaus".


Source : TabloidBintang.Com

2 comments:

  1. hahaha..masih ada aja tuh tatang .s...

    ReplyDelete
  2. komik "taman firdaus" bisa di download dimana? tks

    ReplyDelete