- Jangan Panggil Aku Bencong: ”Transjender sering sekali dipandang sebelah mata sehingga aku selalu siap membela diri. Bagiku, banci jika berani hidup, maka berani mati,” kata Citra, salah satu dari belasan transjender yang tinggal di Kampung Dao Atas, Jakarta Utara. Sari, transjender asal Makassar, mengaku baru diterima pihak keluarga setelah ia punya penghasilan sendiri. Sementara itu, Della, rekan Citra lainnya, menyatakan, dirinya baru berani berekspresi sebagai transjender setelah hijrah ke Jakarta dan bertemu rekan senasib. ”Rasanya bangga dan senang banget setelah dandan (sebagai perempuan).” Di Indonesia, disforia jender (ketidaksesuaian antara identitas jender dan jenis kelamin biologis) tidak hanya menimpa Citra, Sari, atau Della. Pada 1972, Iwan Rubianto tercatat sebagai orang pertama yang mengganti identitasnya. Ia menjalani operasi di Singapura dan mengganti identitasnya menjadi Vivian Rubianti pada 1973.
- Olahraga Berlebih Berisiko pada Penyakit Jantung: Pada dasarnya, semua olahraga, jika dilakukan melebihi batas kemampuan, dapat berakibat fatal bagi jantung. Menurut Michael Triangto, dokter spesialis olahraga, mengenali batas kemampuan diri bisa dilakukan secara mandiri dengan berbagai cara. Pertama, jika setelah melakukan latihan fisik tubuh terasa sakit, maka tidak boleh dipaksakan. Jumlah jam tidur juga perlu diwaspadai. Misalnya, apabila seseorang yang biasanya tidur selama enam jam kemudian berubah menjadi tujuh jam setelah berolahraga, artinya ia kelelahan. Selain itu, pengecekan denyut nadi (misalnya di pergelangan tangan) rata-rata per menit setiap bangun tidur juga bisa dijadikan tolok ukur. Jika rata-rata denyut nadi seseorang sebanyak 60 per menit, tetapi suatu waktu berubah menjadi 80 per menit, bisa jadi ia melakukan aktivitas yang berlebihan. Untuk itu, pengecekan berat badan usai berolahraga penting dilakukan. ”Kalau berat badan kita turun setelah olahraga jangan senang dulu, bisa jadi itu karena dehidrasi,” ujar Michael.
- Mengantar Ayah Pulang ke Rumah…: ”Rumahmu bukan di sini, Yah. ... Ayo kita pulang ke Jatisari,” kata Dini sambil memegangi peti jenazah suaminya, Letnan Satu Ahwar Affandy, sehari sebelum proses pemakaman di Taman Makam Pahlawan Giri Tunggal di Kota Semarang, Jawa Tengah, Selasa (18/2/2020). Sementara itu, Dea, anak pertama Kapten (Cpn) Bambang Saputra, korban meninggal lain dalam kecelakaan tersebut, mengaku sempat ”bertemu” ayahnya satu kali di dalam mimpi. Dea bermimpi ayahnya pulang ke rumah mereka di Kota Semarang. Ahwar dan Bambang adalah dua dari 12 prajurit yang gugur dalam misi pengiriman logistik di wilayah perbatasan Indonesia-Papua Niugini, Juni 2019 lalu. Pada Jumat (28/6/2019), helikopter milik Pusat Penerbangan TNI AD hilang kontak beberapa saat setelah terbang dari Bandara Oksibil, ibu kota Pegunungan Bintang. Hampir delapan bulan kemudian, puing-puing dan jenazah korban berhasil ditemukan. Sebagai bentuk penghargaan, para prajurit yang gugur tersebut diberi kenaikan pangkat menjadi satu tingkat.