Sulit rasanya bisa melihat banyak nama selain Chris John bermunculan di kancah tinju profesional. Hanya sedikit pihak yang peduli dan menaruh perhatian mengenai pencarian orang yang dapat meneruskan Sang Naga di kemudian hari.
Salah satu perhatian itu datang dari Raja Sapta Oktohari, salah satu pengusaha yang memang menggemari olahraga adu jotos ini. Okto, begitu dia akrab disapa, bermimpi mengembangkan bisnis tinju agar lebih banyak petinju profesional asal Asia bisa bersaing di tingkat dunia.
Putra salah satu taipan Indonesia Oesman Sapta Odang itu mulai merintis bisnis olahraga ini sejak memutuskan menjadi promotor Chris John pada Oktober 2010. Dia menjadi salah satu pihak yang berperan menciptakan salah satu laga bagi Sang Naga. Dalam pertarungan melawan petinju Argentina, Fernando Saucedo, di Tenis Indoor Senayan kala itu, Chris John berhasil membubuhkan rekor bertarung 44 kali menang (22 di antaranya dengan KO) dan dua kali seri.
Itulah pertarungan yang masuk dalam ruang gerak bisnis Berlian Entertainment — salah satu usaha milik Okto. Dua tahun berselang, Okto ternyata mampu mengekspansi bisnis tinjunya itu lewat sebuah perusahaan sendiri bernama Dragon Fire. Selain Chris John, petinju muda pemegang sabuk gelar juara dunia kelas bulu versi IBO Daud Yordan juga masuk dalam manajemen.
Sejak masuk dalam satu manajemen, kedua petinju ini menjadi langganan bertinju bersama. Keduanya memiliki jadwal yang sama. Bahkan pernah satu kali mereka diadu pada laga yang berlangsung di JIEXPO Kemayoran Jakarta di pertengahan April 2011.
“Inilah salah satu upaya yang bisa saya lakukan sebagai bentuk kecintaan saya terhadap olahraga ini. Saya pun yakin ini bisa berkembang. Untuk bisa menjadi industri, setidaknya kita membutuhkan 15 petinju yang bisa bernaung di sini. Saya kira itu bisa dicapai setidaknya tahun 2015 nanti,” kata Okto membeberkan mimpinya.
Okto begitu ingin membuat industri tinju di Asia bisa seheboh industri olahraga adu jotos yang ada di Amerika Serikat atau negara lain dengan industri tinju yang sudah maju. Atau, jika tidak, dia begitu mendambakan keseruan tinju itu tak akan kalah seru dengan bisnis olahraga tarung lainnya seperti Ultimate Fighting Championships (UFC). Di sanalah pasar terbentuk lewat tontonan pertarungannya sendiri, penjualan suvenir, atau tayangan televisi.
“Jika sudah bisa menjadi seperti itu, kita bukan hanya melihat untungnya saja tetapi kita juga bisa melihat petinju Indonesia bisa sukses,” ujarnya.
Gebrakan Okto dari Tenis Indoor Senayan pada Oktober 2010 memang cukup membuka mata setelah ada dua laga Chris John yang digelar di Marina Bay Sands, Singapura, di tahun 2012. Dua laga itulah yang membuat Chris John semakin fenomenal karena bisa menyentuh angka 48 kali menang dari 50 laga yang sudah dilakoninya sepanjang karier profesionalnya.
Marina Bay Sands menjadi sasaran Okto karena dia mengakui potensi pasar di sana lebih menjanjikan dibanding dengan laga yang pernah dibuatnya di Tennis Indoor Senayan atau JIEXPO Kemayoran. Meski Okto sulit membuka nilai pasti pendapatan dari laga di dalam negeri, kerugian bisa terbaca dari minimnya minat masyarakat Indonesia untuk menonton secara langsung di arena. Jumlah kursi yang kosong lebih banyak dibandingkan dengan yang terisi.
Dan sebentar lagi, pertarungan Chris John akan digiring kembali ke Jakarta. Tepatnya di Tenis Indoor Senayan pada 14 April 2013 mendatang. Sebelumnya, Jakarta bukanlah pilihan utama. Manajemen Dragon Fire Promotions sebelumnya sudah kembali memilih Singapura sebagai lokasi strategis untuk menggelar laga itu.
“Namun kami ingin memenuhi keinginan seluruh pecinta olahraga tinju di Indonesia. Dan permintaan juga datang dari Menpora (Menteri Pemuda dan Olahraga),” kata Raja Sapta Oktohari. Akhirnya, Sang Naga kembali ke Jakarta untuk mempertahankan gelar Juara Dunia WBA Kelas Bulu miliknya. Dia bakal ditantang petinju asal Jepang, Satoshi Hosono.
Pertarungan sang Naga melawan petinju yang kini berada di peringkat ke-6 World Boxing Association (WBA) itu seharusnya menjadi laga yang menarik. Bagaimana tidak, Chris John bisa saja semakin mendekati rekor milik petinju Meksiko Ricardo Lopez yang tak terkalahkan sebanyak 51 kali. Inilah salah satu tempat bagi Chris John untuk mendapatkan fenomena lain dari dirinya.
Meski begitu, waktu tetap akan terus berjalan. Memasuki usia 33 tahun, Chris John juga mungkin akan semakin mendekati masa-masa pensiunnya. Dan seharusnya di masa-masa itulah, pria asal Banjarnegara ini sudah bisa mendapatkan penerus seperti Daud Yordan yang bisa melanjutkan fenomena yang sudah lama melekat padanya.
Seharusnya Chris John sudah bisa lebih banyak ditemani petinju lokal lainnya yang juga sukses mengukir prestasi di tingkat dunia. Jika mimpi Okto menciptakan industri tinju itu terwujud, kita tentu tak perlu lagi khawatir.
No comments:
Post a Comment