Swiss Guard, para pengawal Paus tengah berjaga. |
Hari masih gelap dan dingin ketika alarm berbunyi pukul 5 dini hari. Bergegas saya bersiap-siap sebelum berangkat menemui Tina, seorang local escort dari kota Roma. Pagi itu saya dan keluarga akan mengikuti misa pribadi di kapel bawah tanah dari Basilika Santo Petrus, Vatikan. Dari hotel, kami berjalan sekitar 5 menit menuju halte bis dimana Tina telah menunggu. Perjalanan menuju Vatikan dengan bis ditempuh dengan waktu sekitar 30 menit dari pusat kota Roma. Memang, Vatikan berada di dalam wilayah kota Roma Italia. Vatikan dipimpin seorang Paus yang dikawal oleh tentara dari Swiss, disebut Swiss Guard atau Garda Swiss sejak tahun 1506. Untuk melindungi Paus dari serangan, sengaja dibangun tembok pembatas Vatikan.
Pagi di Basilika Santo Petrus
Saya turun di depan gerbang kota Vatikan yang pagi itu terlihat masih lengang. Di pintu masuk Basilica Santo Petrus terlihat hanya beberapa orang saja, kontras dengan suasana siang hari dimana antrian masuk sangat panjang. Saat itu sang surya baru terbit menyapa dunia dengan sinar merah keemasan. Segera saya mengeluarkan kamera untuk mengabadikan momen yang indah itu.
Sunrise di Vatikan |
Interior gereja penuh dengan pahatan dan lukisan indah |
Bagian
bawah tanah Basilica Santo Petrus terdiri dari lorong-lorong panjang
dengan lukisan klasik di sepanjang dinding. Selain beberapa kapel
terdapat juga makam para orang suci dan Paus, termasuk makam dari Paus
Yohanes Paulus II. Bahkan ada salah satu makam yang dipercaya sebagai
makam asli dari santo Petrus, murid Yesus. Saat berjalan melewati lorong
bawah tanah ini, diam-diam saya merasa seperti melewati lorong rahasia
dalam film Angels and Demons.
Jelang siang di Kubah Gereja (Cupola)
Untuk naik ke puncak kubah Basilika
Santo Petrus tersedia 2 pilihan. Yang pertama adalah membayar €5
(sekitar Rp64ribuan) dan mendaki sekitar 500 anak tangga dari dasar
gereja hingga puncak kubah. Pilihan kedua membayar €7 untuk naik lift
sampai di atap gereja, kemudian mendaki sekitar 320 anak tangga hingga
puncak kubah. Saya memutuskan untuk naik lift terlebih dahulu untuk
menghemat tenaga. Lift kecil membawa saya ke bagian atap gereja. Di sini
kita dapat melihat dari dekat lukisan indah di langit-langit gereja.
Yang terbuat dari pecahan-pecahan porselen atau disebut juga dengan
lukisan mozaic. Melalui pagar kawat, saya mengintip ke bawah dimana
orang-orang dalam gereja terlihat sangat kecil bagaikan semut.
Penderita klaustrophobia atau rasa takut pada ruangan tertutup, sebaiknya tidak naik ke kubah. |
Dari dasar kubah kami mulai mendaki anak
tangga satu per satu. Awalnya terasa mudah namun semakin tinggi
perjalanan semakin berat. Karena bentuk tangga yang melingkar serta
lantai yang miring mengikuti bentuk kubah yang bulat. Saya jadi maklum
kenapa terdapat papan peringatan di dasar kubah yang ditujukan untuk
manula dan orang dengan penyakit jantung diharapkan lebih berhati-hati.
Lebar jalan sangat sempit, hanya cukup untuk satu orang saja. Saya harus
berhenti beberapa kali untuk istirahat karena napas semakin sesak.
Untuk penderita klaustrophobia atau rasa takut pada ruangan tertutup,
sebaiknya tidak naik ke kubah. Karena jalan yang sangat sempit dan penuh
dengan antrian orang yang akan naik.
Namun perjalanan melelahkan terasa tidak
sia-sia saat sampai di puncak kubah. Saat berdiri di balkon dan
ditemani terpaan angin yang cukup kencang, saya menikmati pemandangan
kota Roma yang cantik. Satu kota dengan bangunan klasik yang didominasi
warna pastel dan dikelilingi pepohonan nan asri. Dari atas kita juga
bisa melihat dengan jelas bahwa Vatikan berbentuk anak kunci.
Vatikan berbentuk anak kunci. |
Nikmati sore di Museum Vatikan
Dari Basilika Santo Petrus, kami
melanjutkan perjalanan menuju museum Vatikan yang bisa dijangkau dengan
berjalan kaki sekitar 15 menit. Hari itu kami cukup beruntung karena
antrian masuk museum tidak terlalu ramai. “Pada hari-hari liburan,
antrian bisa mencapai 3 jam sebelum mencapai pintu masuk museum” kata
Tina. Tiket bisa dibeli dengan harga €15 per orang. Dan hari minggu
terakhir setiap bulan, museum terbuka untuk umum tanpa dipungut biaya
masuk.
Tangga spiral museum Vatikan |
Museum Vatikan dibangun di atas lahan
yang sangat luas. Terdiri dari beberapa ruangan dimana anda bisa
mengagumi karya2 seni terkenal dari Leonardo da Vinci, Caravaggio,
Bellini, Fra Angelico dan lain-lain. Apabila Anda penggemar museum,
luangkan sedikitnya 3 jam untuk mengagumi ratusan benda-benda seni di
sini. Jangan lupa untuk mengunjungi Sistine Chapel atau Kapel Sistina,
sebuah ruangan yang menyimpan karya kontroversial dari Michelangelo yang
berjudul “The Last Judgement”. Lukisan yang menggambarkan
datangnya kembali Kristus dan hari kiamat. Michelangelo dianggap
bersalah dan tidak bermoral karena melukiskan gambar-gambar orang
telanjang. Kapel ini juga merupakan ruangan penting dalam aktivitas
kepausan. Salah satunya adalah sebagai tempat berkumpulnya para kardinal
gereja Katolik dalam rangka pemilihan Paus.
Nah, usai jalan-jalan, jangan lupa
mencicipi gelato, kopi dan pizza Italy yang terkenal lezatnya. Banyak
kios kecil penjual makanan dan toko souvenir di sekitar gerbang Vatikan.
Selain itu, Cafetaria di Museum Vatikan juga menyediakan berbagai macam
makanan dengan harga terjangkau.
No comments:
Post a Comment