Berakhir sudah
petualangan Tahiti di pentas Piala Konfederasi 2013. Tahiti tersingkir
dengan rekor terburuk, namun di balik kenyataan pahit tersebut skuad
mereka menyimpan rasa bangga.
Lebih spesial lagi, mereka bukanlah pemain sepakbola profesional, melainkan menggeluti karier lain seperti guru, tour guide, karyawan bank, hingga buruh bangunan.
Karena itulah, mereka tak jadi bahan cemoohan. Fans Tahiti selalu memberikan dukungan penuh dan tetap mengumbar senyum kebanggaan, meski timnya kesayangannya kalah dengan skor telak.
Perjuangan tak kenal lelah yang ditunjukkan skuad besutan Eddy Etaeta setiap kali turun ke lapangan juga sukses memikat hati penonton yang lain.
Pada laga terakhirnya, saat dibantai Uruguay 8-0, Nicolas Vallar dkk mendapat aplaus dari seluruh penonton di stadion. Ucapan terima kasih dan rasa bangga ditunjukkan para pemain dengan membentangkan spanduk bertuliskan "Obrigado Brasil" atau yang berarti 'Terima kasih, Brasil."
Tahiti tersingkir dengan sebuah rekor baru. Tim jawara Oceania ini mencatat rekor sebagai tim paling buruk sepanjang sejarah perhelatan turnamen antarjawara benua atau konfederasi tersebut.
Tergabung bersama tim-tim kuat dunia macam Nigeria, Uruguay, dan juara dunia dan Eropa, Spanyol, tim berjuluk Toa Aito ini jadi bulan-bulanan dalam debutnya di Piala Konfederasi.
Bahkan Tahiti menjadi lumbung gol. Di laga pembuka, Nigeria berpesta enam gol, sementara Spanyol meraih angka sempurna 10-0, dan terakhir giliran Uruguay yang berpesta delapan gol ke gawang tim peringkat 138 dunia tersebut.
Total, Tahiti mengakhiri perjuangannya di pentas Piala Konfederasi 2013 dengan 24 gol yang bersarang ke gawang mereka, dengan hanya mencetak satu gol. Tahiti mengalahkan rekor Arab Saudi sebagai tim terburuk, di mana mereka kebobolan 16 gol pada perhelatan Piala Konfederasi 1999.
No comments:
Post a Comment