Hidup
itu seperti bermain film, kita harus membaca naskah (mengkonsepkan)
dahulu sebelum berakting (bertindak). Naskah disini saya artikan sebagai
proses memahami, mengerti atau mempelajari tentang yang akan dilakukan
didepan kamera nanti.
Kamera
biasanya diartikan sebagai media perekam gambarnya, tapi disini saya
mengartikan langsung sebagai mata masyarakatnya itu sendiri,. Mereka
merekam melalui ingatan mereka tentang gerak aksiden kita. Mereka adalah
orang ketiga dan sudah pasti bukan sebagai lawan main saya secara
langsung nantinya. Merekalah yang menyaksikan dan menilai segala
tindakan-tindakan kita. Mata mereka merekam bagaikan kamera.
Siapa
lawan main saya di film kehidupan ini?, sudah pasti mereka adalah
keluarga, teman, sahabat dan semua orang yang berinteraksi sosial dengan
saya. Mereka lah lawan main saya disini, karena kehidupan saya tidak
lepas dari interaksi sosialku dengan mereka.Mereka bisa menjadi lawan
main saya dalam film kehidupan ini dan bisa juga hanya menyaksikan dan
menilai segala tindakan-tindakan ini.
Directornya
Allah SWT. Peran sang Director disini memberikan pengarahan kepada si
Aktor, siAktor selalu berkomunikasi tentang Sang Director dalam
kehidupannya sehari-hari. Kedekatan si Aktor disini sebagai bentuk
terima kasih karena telah terpilih untuk bisa bermain di film kehidupan
ini, dan karenaNya lah saya ada disini. Thanks to Allah.
Dalam
teori dramaturgi (teori sosiologi) terdapat 2 bagian,Front Stage dan
Back Stage. Front Stage yaitu bagian pertunjukan yang berfungsi
mendefinisikan situasi penyaksi pertunjukan. Front stage dibagi menjadi 2
bagian, Setting yaitu pemandangan fisik yang harus ada jika sang aktor
memainkan perannya. Dan Front Personal yaitu berbagai macam perlengkapan
sebagai pembahasa perasaan dari sang actor. Front personal masih
terbagi menjadi dua bagian, yaitu Penampilan yang terdiri dari berbagai
jenis barang yang mengenalkan status social actor. Dan Gaya yang berarti
mengenalkan peran macam apa yang dimainkan actor dalam situasi
tertentu. Back stage (panggung belakang) yaitu ruang dimana disitulah
berjalan scenario pertunjukan oleh “tim” (masyarakat rahasia yang
mengatur pementasan masing-masing actor)
Selayaknya
pertunjukan drama, seorang aktor drama kehidupan juga harus
mempersiapkan kelengkapan pertunjukan. Kelengkapan ini antara lain
memperhitungkan setting, kostum, penggunakan kata (dialog) dan tindakan
non verbal lain, hal ini tentunya bertujuan untuk meninggalkan kesan
yang baik pada lawan interaksi dan memuluskan jalan mencapai tujuan.
Oleh Goffman (tokoh Dramaturgi), tindakan diatas disebut dalam istilah
“impression management”. Goffman juga melihat bahwa ada perbedaan akting
yang besar saat aktor berada di atas panggung (“front stage”) dan di
belakang panggung (“back stage”) drama kehidupan. Kondisi akting di
front stage adalah adanya penonton (yang melihat kita) dan kita sedang
berada dalam bagian pertunjukan. Saat itu kita berusaha untuk memainkan
peran kita sebaik-baiknya agar penonton memahami tujuan dari perilaku
kita. Perilaku kita dibatasi oleh oleh konsep-konsep drama yang
bertujuan untuk membuat drama yang berhasil (lihat unsur-unsur tersebut
pada impression management diatas). Sedangkan back stage adalah keadaan
dimana kita berada di belakang panggung, dengan kondisi bahwa tidak ada
penonton. Sehingga kita dapat berperilaku bebas tanpa mempedulikan plot
perilaku bagaimana yang harus kita bawakan.
Contohnya, seorang teller
senantiasa berpakaian rapi menyambut nasabah dengan ramah, santun,
bersikap formil dan perkataan yang diatur. Tetapi, saat istirahat siang,
sang teller bisa bersikap lebih santai, bersenda gurau dengan bahasa
gaul dengan temannya atau bersikap tidak formil lainnya (ngerumpi, dsb).
Saat teller menyambut nasabah, merupakan saat front stage baginya (saat
pertunjukan). Tanggung jawabnya adalah menyambut nasabah dan memberikan
pelayanan kepada nasabah tersebut. Oleh karenanya, perilaku sang teller
juga adalah perilaku yang sudah digariskan skenarionya oleh pihak
manajemen. Saat istirahat makan siang, teller bebas untuk mempersiapkan
dirinya menuju babak ke dua dari pertunjukan tersebut. Karenanya,
skenario yang disiapkan oleh manajemen adalah bagaimana sang teller
tersebut dapat refresh untuk menjalankan perannya di babak selanjutnya.
No comments:
Post a Comment