Saturday, October 02, 2010

Mengapa Kita Akan Selalu Merindukan Mama Laurent?

Belanda, 1939. Negeri Kincir Angin baru dikecamuk Perang Dunia II. Bocah itu masih berusia 7 tahun. Ia masih kelas satu SD dan sedang belajar di kelas bersama teman-temannya.

Tiba-tiba bocah itu merasa ada bisikan di telinganya, menyuruhnya cepat-cepat keluar kelas. Berulang kali suara itu didengarnya, tanpa tahu dari mana atau siapa yang mengatakannya.

Untuk sesaat, bocah itu terdiam dan bimbang. Tapi, akhirnya ia menyampaikan apa yang didengarnya pada gurunya di kelas. “Bu, kita diminta cepat berkemas dari ruangan ini. Kita harus segera pergi. Harus!” teriaknya.

Tapi sang guru menganggapnya sedang meracau dan mempermainkannya. Akibatnya, ia dimarahi dan diusir pulang. Ia pulang dengan sedih karena dianggap mengarang cerita bohong. Padahal, tak lama kemudian, sekolahnya hancur terkena bom. Ratusan orang tewas seketika.

Momen itu, buat Mama Laurent yang masih punya garis keturunan kaum Gipsy, adalah awal segalanya. Pada majalah Femina ia bercerita, kemampuannya memiliki penglihatan alias vision atas masa depan dimulai saat peristiwa yang nyaris merenggut nyawanya itu.

Mama Laurent lahir di Eindhoven, Belanda, 23 Januari 1932. Tahun 1953 ia menikahi pria asal Indonesia, Natakusuma, seorang arsitek, yang lalu memboyongnya ke Nusantara. Pada 1973 suaminya meninggal. Tak mau jadi beban keluarga mertuanya, Mama Laurent lantas pergi dari rumah keluarga suami.

Kemampuannya meramal baru diketahui orang selewat tahun 1978. Saat itu ia usai membantu direktur sebuah pabrik di Cibinong menangkap maling di pabriknya. Koran Buana Minggu lalu memintanya membuka praktek paranormal di rubrik koran itu. Sejak itu Mama Laurent jadi paranormal profesional. Konon, tarifnya sekali konsultasi dihargai Rp300 ribu per jam—lebih mahal dari praktek dokter spesialis. Ia kemudian menikah kedua kalinya dengan Hendrik Pasaribu saat usianya sudah 50 tahun pada 1983. Perbedaan usia Mama Laurent dengan suami keduanya 15 tahun. Tapi benar kata orang, cinta itu buta dan tak kenal usia.

Kemarin, di usia 78 tahun Mama Laurent atau yang kini bernama lengkap Laurentia Pasaribu meninggal dunia.

Kematian Mama Laurent adalah sebuah kehilangan besar makanya semua media memberitakannya.

Bagi awak media, terutama infotainment, Mama Laurent adalah sosok andalan sebagai sumber berita. Secara pribadi, ia sosok yang akrab dan mudah ditemui. Jika sedang ada di rumah dan tak ada orang yang berkonsultasi dengannya, Mama Laurent akan menerima media dengan terbuka.

Ah, media mungkin juga sarana promosi baginya. Biarlah. Toh media juga dapat berita darinya.

Perhatikan, saat infotainment sudah kehabisan akal mencari nara sumber untuk investigasi mereka, awak infotainment pasti lari ke hal supranatural. Di antaranya mereka bertanya pada Mama Laurent. Kemudian, Mama Laurent adalah paranormal yang rajin setiap tahun membuat rilisan yang dibagikan ke pers berisi penerawangannya akan peristiwa setahun ke depan. Soal ramalan peristiwa setahun ke depan sudah jadi liputan wajib tahunan infotainment. Dan Mama Laurent adalah paranormal langganan untuk urusan itu.

Kebanyakan ramalannya memang berupa hal-hal umum (“Tahun ini masih terjadi banyak bencana, akan masih ada yang kawin-cerai.”), tapi sesekali juga ia memberitahu hal spesifik (konon, peristiwa kecelakaan Adam Air dan Tragedi Situ Gintung sudah ia ramal sebelumnya).

Kita jelas akan merindukan sosoknya. Penampilanya yang tak glamour, sok misterius apalagi mistik membuat kita seolah bicara dengan ibu kita atau orang biasa. Mungkin karena berdandan seperti kita itu ia ogah disebut paranormal.

Manusia sejatinya akan selalu butuh seseorang semacam Mama Laurent. Sebab, di antara kefanaan hidup manusia, kita selalu mencari segala jawaban akan hal-hal yang di luar kuasa kita. Ya, kita tahu waktu kita di dunia ini terbatas, karena itu kita ingin segalanya terjadi sesuai keinginan kita—kalau tidak pun, setidaknya kita sudah tahu masa depan akan seperti apa.

Mama Laurent sudah tidak ada. Penggantinya sudah ada (ia bahkan sudah menunjuk penerusnya, Beby Djenar) dan akan terus ada. Tapi hanya ada satu Mama Laurent yang keibuan dan kita sepakat memanggilnya, “Mama.”***

Sumber : TabloidBintang.Com
(ade/ade)

No comments:

Post a Comment

FanPage Taste Of Knowledge

Popular Posts

My Twitter