Chief Marketing Officer Angry Birds Peter Vesterbacka memberi wejangan kepada startup lokal di Universitas Bina Nusantara Jakarta, Rabu (25/1/2012) |
Chief Marketing Officer Rovio, Peter Vesterbacka menyatakan sebagai pemain game baru, Angry Birds masih harus banyak belajar kepada perusahaan lain agar mampu berkompetisi di tingkat global.
"Model bisnis kami mengacu kepada Disney, terutama dalam mengelola penggemar (fans) dan merek (brand). Visi kami ingin menjadi the first entertainment brand," ungkap Vesterbacka selepas meet up Jakarta Founders Institute di Universitas Bina Nusantara Senayan Jakarta, Rabu (25/1/2012).
Disney yang memberi pengaruh besar dalam industri hiburan dunia memiliki bisnis dari segala lini. Mulai dari film animasi, membuat studio animasi, souvenir (boneka, aksesoris) hingga taman bermain.
Harus Gila!
Sebagai perusahaan baru, Angry Birds akan terus menciptakan inovasi agar permainan yang ditawarkan tidak membosankan pemain. Karena, permainan yang tidak menarik akan cenderung ditinggalkan penggunanya.
Apalagi jumlah pengembang aplikasi game begitu marak sampai saat ini. "Membuat game itu harus gila. Dalam arti, mengonsep game yang bagus tidak bisa hanya dari satu sisi saja," jelasnya.
Vesterbacka mencontohkan, biasanya kita selalu dicekoki pikiran Think Out The Box untuk bisa memperoleh ide cemerlang. Namun konsep berpikir itu tidak selamanya benar dan tidak juga selamanya salah.
Selain Out of The Box, Vesterbacka mengatakan proses berpikir juga harus dilihat dari Think Inside The Box, Think Beside The Box bahkan Think Without The Box.
Asal-Usul Angry Birds
Contohnya, Angry Birds memerlukan waktu hingga delapan bulan hanya untuk mengonsep game tersebut, termasuk dalam hal karakter game. Dan game tersebut benar-benar sempurna dan siap dipasarkan kepada khalayak baru pada konsep game yang ke-42.
Ia juga mengatakan, pilihan warna merah pada burung utama dan ikon Angry Birds bukan kebetulan. Mereka mencoba berbagai warna dan akhirnya sampai pada kesimpulan kalau merah paling menarik.
Karakter burung di Angry Birds pun awalnya muncul dalam game lain buatan salah satu pengembang Rovio. Karakter yang menarik itu kemudian dicomot dan dipindahkan ke gameplay berbeda. Lahirlah Angry Birds.
Vesterbacka menyarankan untuk membuat game, pengembang harus memiliki hasrat (passion). Jika tidak cocok dengan passion-nya, ganti sampai ada game yang cocok.
Hal itu juga berlaku pada pengembang aplikasi atau startup lainnya, tidak hanya di dunia aplikasi game. "Saya dulu juga pemain game (gamer) sejak kecil. Tapi saya lupa umur berapa saya mulai bermain game," katanya.
Sosialisasikan Game
Agar bisa dikenal masyarakat, Vesterbacka mengaku harus memasarkan game yang diciptakannya sendiri. Cara yang dilakukan, salah satunya adalah melalui situs jejaring sosial.
Hingga saat ini, Angry Birds memiliki penggemar (fans) di Facebook sekitar 20 juta orang. Dengan jumlah penggemar tersebut, game Angry Birds akan secara mudah disosialisasikan kepada pengguna game yang lain.
Untuk bisa sukses, Vesterbacka mengaku Angry Birds harus diperbincangkan di manapun dan kapanpun. Media sosial menjadi salah satu cara untuk bisa disosialisasikan secara gratis.
Tapi, bila ingin serius, maka pengembang harus menyewa jasa public relation (PR) agar dapat disosialisasikan secara terorganisir.
Jangan Pusing Soal Dana
Ketiadaan dana selalu menjadi alasan startup atau pengembang aplikasi (developer) dalam mengembangkan bisnisnya. Namun bagi Vesterbacka, dana bukan menjadi "momok" yang besar.
"Yang bikin masalah itu bukan susah untuk mencari pendanaan. Tapi kita akan susah bila sudah kebanyakan pendanaan," katanya.
Memang akan sangat mudah menyalahkan kesulitan pendanaan sebagai kendala berbisnis, termasuk mengembangkan game. Tapi hal yang paling penting dalam mengembangkan usaha adalah fans dan brand tadi.
Contoh saja perusahaan Nintendo yang sukses membuat game Super Mario Bros. Meski sudah berusia 26 tahun, game tersebut masih sangat digemari oleh peminat game di dunia.
Untuk membuat game atau usaha apapun, Vesterbacka mengaku tidak perlu dana besar dulu. Bahkan Vesterbacka dulu mendapatkan dana dari orang tuanya (meski dia enggan menyebut besaran dana yang diperoleh).
Kini, Angry Birds pun hanya memiliki karyawan sebanyak 20 orang. "Tapi Anda sendiri juga sudah bisa membuat perusahaan game sendiri, jika mampu. Yang penting harus sesuai passion, jangan lupakan fans dan terus sosialisasikan brand," pesannya.
No comments:
Post a Comment