Getty Images |
Apakah dominasi MU, Arsenal, Chelsea, dan Liverpool sudah jadi cerita usang? Entahlah. Tapi, klasemen Premier League dalam dua musim terakhir menunjukkan bahwa hanya MU dan Arsenal yang konsisten finis di zona empat besar. Sementara selebihnya tergerus oleh kekuatan-kekuatan baru. Terakhir kali keempatnya duduk di zona empat besar bersama-sama adalah pada musim 2008/2009.
Sejak City mendapatkan suntikan dana besar dari Sheikh Mansour, Tottenham Hotspur menumpuk tinggi ambisi mereka, dan Newcastle United menunjukkan bahwa skuat yang solid juga bisa jadi penantang, sedikit demi sedikit wajah dan dominasi Premier League berubah. Liverpool sudah didepak oleh Spurs lebih dulu pada musim 2009/2010 dan selanjutnya belum pernah lagi finis di empat besar.
Dalam dua musim terakhir City bahkan benar-benar menunjukkan bahwa dominasi itu bisa diruntuhkan. Musim kemarin mereka sukses menjadi juara, meski harus menunggu sampai hari terakhir dan hanya dibedakan oleh selisih gol. Chelsea, yang tampil sebagai juara Eropa, terlempar ke posisi enam dan harus mengandalkan status barunya itu untuk bisa tampil lagi di Liga Champions. Liverpool? Finis lebih buruk dari musim sebelumnya: di posisi delapan.
So, akan seperti apa Liga Inggris musim ini? Mari kita tengok. Skuat City relatif tidak berubah drastis, meski Roberto Mancini mencak-mencak karena lemahnya aktivitas di bursa transfer. Sejauh ini baru Jack Rodwell yang berhasil didatangkan. Namun, menilik apa yang dikatakan Matt Le Tissier, City dinilai tak perlu khawatir. Eks bintang Southampton dan Inggris itu menilai bahwa tanpa pemain baru pun skuat City sudah cukup bagus. Hal ini setidaknya bisa dilihat kala mereka mengalahkan Chelsea 3-2 di Comunity Shield--meski The Blues bermain dengan 10 pemain sepanjang babak kedua, setelah unggul 1-0 di babak pertama.
City punya pemberi operan brilian pada diri David Silva, pembunuh di kotak penalti nan ulung pada Sergio Aguero, dan gelandang tengah brilian pada Yaya Toure. Masalah muncul ketika Toure absen untuk bermain di Piala Afrika musim lalu. City hanya tinggal memiliki Gareth Barry, Nigel De Jong, dan Owen Hargreaves. Ketika itu, Mancini sempat mengeluhkan minimnya pilihan di skuatnya. Jika melihat Hargreaves sering cedera dan yang bisa diandalkan tinggal Barry dan De Jong, maka Mancini ada benarnya.
Di belakang City ada sang rival sekota, MU. Sir Alex Ferguson mengaku terpukul melihat timnya gagal menjadi juara di hari terakhir dan kalah lewat selisih gol pula. Ditambah fakta bahwa 'Setan Merah' hancur-lebur di Eropa, manajer asal Skotlandia itu sadar timnya butuh diperbaiki. Lini tengah lesu. Tanpa kehadiran Paul Scholes, aliran bola tidak jalan, sampai akhirnya "Si Pangeran Jahe" itu kembali harus memakai sepatu bolanya lagi. Shinji Kagawa pun dibeli, tapi sudah selesaikah masalah? Beberapa blog suporter lokal MU masih sedikit meragukan kesiapan skuat dan ketertarikan terhadap Robin van Persie pun dinilai tidak banyak membantu.
Masalah MU memang terletak pada sistem permainan, yang mana pada musim kemarin kerap dikritik bak bermain tanpa darah. Oleh karenanya, patut ditunggu bagaimana Fergie mengembalikan kesegaran pada sistem itu, membuat mesinnya kembali bekerja, seperti pada era 2007-2009 di mana mereka merajai Inggris dan sukses menaklukkan Eropa. Selain itu, mereka bisa berharap cedera tak sering-sering datang lagi seperti yang terjadi pada musim lalu.
Yang tak kalah menarik adalah melihat bagaimana revolusi Liverpool, yang kini berada di bawah arahan Brendan Rodgers. Finis di urutan delapan --dan berada di bawah Everton-- adalah sebuah kesimpulan tegas betapa buruknya The Reds musim kemarin, meski pada akhirnya ada satu trofi diraih, yakni Piala Carling. Toh, tetap saja hasil itu tak bisa menyelamatkan Kenny Dalglish.
Rodgers, yang banyak dipuji atas apa yang dilakukannya di Swansea, mengemban harapan perbaikan itu. Harapannya bukan sekadar pada hasil, tapi juga proses. Rodgers yang senang menerapkan ball possession tinggi dan pressing ketat diharapkan bisa mengubah gaya main Liverpool, dan inilah yang dilakukannya selama tur pra-musim. Sejauh ini, ia mengaku puas atas hasil yang sudah ditunjukkan oleh Steven Gerrard dkk. Tinggal dinantikan saja bagaimana hasilnya di musim yang sesungguhnya.
Sekarang mari ke London. Chelsea tidak merasa cukup meskipun di dalam skuat mereka sudah bercokol penuh nama-nama mentereng. Sepeninggal Didier Drogba, mereka belanja besar dengan mendatangkan Eden Hazard, Marko Marin, hingga Oscar. Pembelian belum usai karena 'Si Biru' masih dikabarkan mengincar Victor Moses dan Andre Schuerrle. Roberto Di Matteo punya alasan di balik banyaknya rekrutan baru ini.
Pria asal Italia itu menilai bahwa musim kemarin hanya Juan Mata yang cocok untuk dimainkan di pos belakang penyerang. Kini dengan datangnya Hazard, ia punya pilihan lebih untuk posisi itu. Plus, datangnya Hazard dan Marin membuatnya punya opsi lebih untuk melakukan tusukan via sisi lapangan. Hazard dan Marin dikenal punya kemampuan dribbling dan kecepatan yang oke. Singkatnya, Chelsea tak mau tercoret lagi dari daftar empat besar di akhir musim.
Lalu, ada Tottenham yang sudah mendepak Harry Redknapp dan mempekerjakan Andre Villas-Boas, pria asal Portugal yang tidak sampai satu musim menangani Chelsea lantaran (dikabarkan) bermasalah dengan para pemain seniornya. Kini, Villas-Boas siap membuktikan diri lagi bersama Tottenham. Ia mengaku, suasana yang ditemuinya di White Hart Lane lebih menyenangkan dari Stamford Bridge. Tinggal bagaimana dia meracik tim pemain yang sudah ada dengan para muka baru semodel Jan Vertonghen dan Gylfi Sigurdsson. Villas-Boas yang senang dengan sepakbola menyerang bisa jadi bakal cocok dengan gaya eksplosif Tottenham.
Terakhir ada Arsenal, yang musim kemarin disebut terlalu banyak bergantung pada Van Persie. Saking bergantungnya, Harry Redknapp sampai yakin mereka bakal kembali terlunta-lunta musim ini jika Van Persie jadi hengkang. Sebagai tambahan, Redknapp juga meyakini bahwa Tottenham bakal finis di atas mereka.
Redknapp boleh berpendapat, tetapi Arsene Wenger pasti tidak setuju. Dibandingkan musim lalu di mana The Gunners cukup lamban di bursa transfer--baru membeli Mikel Arteta dkk. ketika musim sudah berjalan--, kali ini mereka bergerak cepat. Lukas Podolski, Olivier Giroud, dan Santi Cazorla sudah digaet. Meski tak kunjung meraih gelar juara, tetapi Arsenal tak pernah absen tampil di Liga Champions lantaran posisi mereka di akhir musim selalu berada di empat besar. Setidaknya demikianlah dalam beberapa musim terakhir.
Jadi, siapa yang bakal tercoret dari empat besar pada musim ini? Setiap orang pasti punya jawabannya sendiri, tak terkecuali Matt Le Tissier.
"Saya pikir, Manchester United akan menekan City dengan kuat sekali lagi. Chelsea akan bersaing lebih ketat dengan mereka dibandingkan musim lalu dan mungkin saja mengendap-endap ke posisi tiga musim ini. Untuk posisi empat, Anda mungkin bisa melihat di antara Arsenal, Liverpool, dan Spurs. Saat ini, Anda bisa bilang bahwa Arsenal berada di posisi yang lebih baik, tapi jika Robin van Persie hengkang mereka bakal melemah. Tapi, saat ini, dengan Van Persie masih ada di dalam tim, saya akan bilang bahwa Arsenal akan menempati posisi empat."
Setuju dengan pendapat Le Tissier?
No comments:
Post a Comment