By. Yudistira Ardy
Jumat, 9 November 2012, kota Makassar
telah berusia 405 tahun. Di usianya yang semakin mapan, kota ini terus
mengejar impiannya menjadi sebuah kota dunia. Pertumbuhan ekonomi kota
yang berpenduduk kurang lebih 1.7 juta jiwa ini menunjukkan angka yang
cukup menggembirakan dan diklaim sudah berada pada posisi tertinggi di
atas rata-rata pertumbuhan ekonomi provinsi.
Pertumbuhan ekonomi Makassar tahun lalu mencapai 9.7 persen, naik
dibanding 2010 yang mencapai 9,3 persen. Sementara pendapatan perkapita
masyarakat Makassar per 2011 rata-rata Rp33 juta. Angka penyerapan
tenaga kerja juga terus membaik, yakni 59.7 persen.
Nilai investasi di kota kebanggaan Sulsel
ini terus meningkat. Data 2011 menyebutkan, nilai investasi dalam
negeri tercatat Rp888.28 miliar, dan investasi modal asing Rp171 miliar
Bagaimana dengan penanganan kemiskinan? Pemkot Makassar mengklaim telah
berhasil mengentaskan angka kemiskinan dari 62.192 Kepala Keluarga (KK)
miskin tahun 2010, menjadi 35.097 KK tahun 2011. “Penurunannya
sekitar 40 persen lebih. Indeks Prestasi Manusia (IPM) Makassar juga
naik dari 77.2 persen tahun 2010 menjadi 78.79 persemn tahum 211. Ini
cukup sebanding dengan pertumbuhan ekonomi kita,” ujar Kepala Bappeda
Makassar, Ibrahim Saleh.
Masalah Klasik
Namun, di hari ulang tahunnya yang ke 405
ini, sejumlah persoalan klasik masih menghantui warga “kota daeng”,
mulai dari persoalan kemacetan, banjir, PKL, hingga persoalan sampah.
Persoalan ini sekaligus menjadi pekerjaan rumah (PR) yang mesti
diselesaikan oleh pemerintah kota Makassar.
Setiap tahun sejumlah wilayah permukiman warga di kota ini menjadi
langganan banjir yang tak kunjung teratasi. Banjir tak hanya merendam
permukiman warga tapi juga ruas-ruas jalan protokol dalam kota, sebut
saja di jalan Perintis Kemerdekaan, jalan AP Pettarani, jalan Sultan
Alauddin dan sejumlah ruas jalan lainnya.
Setiap hari, warga kota Makassar juga harus dipusingkan dengan kemacetan
lalu lintas yang tak kunjung terselesaikan. Pertumbuhan kendaraan yang
kian pesat namun tidak dibarengi dengan pertumbuhan infrastruktur
jalan menjadi penyebab kesemrawurtan lalu lintas dalam kota. Kondisi
ini diperparah dengan perilaku pengendara kita yang tidak tertib. Kini
macet tidak cuma di satu titik saja tetapi sudah menyebar di berbagai
sudut kota. Jalan AP Pettarani, Veteran, Urip Sumoharjo, Sultan
Alauddin, Perintis Kemerdekaan, Urip Sumoharjo adalah titik macet yang
dijumpai setiap hari.
Selain banjir dan macet, penanganan sampah juga sudah menjadi penyakit
kronis kota ini yang belum bisa disembuhkan oleh pemerintah kota
Makassar. Kondisi ini membuat keinginan Makassar meraih Piala Adipura,
masih menjadi mimpi yang tak kunjung menjadi kenyataan.
Menanggapi hal ini, Wali kota Makassar, Ilham Arief Sirajuddin
menyatakan memang ada KEGAGALAN disana sini tetapi disatu hal kita juga
harus tahu keberhasilan pemerintah kota.
Masalah Banjir, kemacetan, kemiskinan dan
poengangguran yang harus diselesaikan, tetapi sisa masa jabatan saya
selaku Walikota tak akan mampu menyelesaikan itu semua, kita serahkan
saja ke Walikota berikutnya untuk menyelesaikan masalah klasik tersebut,
ujar Ilham.
Source : Kompasiana
Let's Share Knowledge... Lebih Baik Hidup Dengan Banyak Warna, Dari Pada Hidup Dengan Satu Warna!!!
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
FanPage Taste Of Knowledge
Popular Posts
-
Futsal adalah permainan bola yang dimainkan oleh dua tim, yang masing-masing beranggotakan lima orang. Tujuannya adalah memasukkan bola ke ...
-
Sejak lahir, bocah asal Cikarang ini tak punya alat kelamin. Akibatnya, kencingnya tak terkontrol. Dewa penolong baru datang setelah ia beru...
-
Sinema Wajah Indonesia, Hadirkan Konten Tayangan Yang Lebih Indonesia Program ini merupakan rangkaian produksi dan penayangan film televisi...
-
Liburan Natal boleh jadi sudah usai, tapi liburan Tahun Baru baru akan dimulai besok. Untuk mempersiapkan kenang-kenangan dari saat-saat k...
-
Ada banyak Cara atau langkah - langkah untuk bagaimana memasang Tampilan Yahoo Messenger anda di dalam sebuah Forum, Blog atau Website Priba...
No comments:
Post a Comment