Thursday, October 17, 2013

Micin Atau Vetsin Sebenarnya Ada Dalam Tubuh Manusia Secara Alami



“Kok beda, ya sambel yang kamu buat dengan sambel bikinan ibu. Sambelmu enak, tapi lebih enak buatan ibu!,” ujar Andi, sebut saja demikian, kepada istrinya.

Pria yang gemar memasak ini kemudian menyelediki lebih lanjut apa yang membedakan kesukaannya ini. Selidik punya selidik ternyata sambel buatan sang ibu, mertua Andi, menggunakan penyedap rasa.

“Pantas saja rasanya lebih mantap!” ujar Andi kepada istrinya.

Tampaknya penyedap atau penguat rasa bagi kebanyakan kita, masyarakat Indonesia, sudah bukan barang aneh lagi.

Hampir dalam setiap resep, penyedap rasa yang kita kenal dengan sebutan vetsin atau orang kerap menyebutnya micin selalu disertakan. Bagi sebagian besar masyarakat kita, micin seolah sudah menjadi bagian tak terpisahkan, mendarah daging.

“Wah, kalau saya masak tanpa micin, rasanya kurang mantap gitu!” seru Lestari, ibu rumah tangga dengan dua anak. Hal yang sama juga diungkapkan oleh Sulastri. Ibu satu anak ini mengungkapkan,” Masakan tanpa micin kayak masak tanpa garam, rasanya kurang nendang (=mantap),” jelasnya.
Meski begitu, tidak semua orang menggunakannya. “Aku tidak pernah sedikitpun menyertakan micin dalam masakan. Rasanya justru jadi aneh,” ungkap Retno.

Cerita lain datang dari seorang pria penggemar bakso. “Pernah suatu kali makan bakso, di dekat rumah. Tampaknya enak, setiap kali melihat kok ramai pembelinya. Setelah beli, memang terasa enak. Tapi kepala jadi pusing. Ini pasti menggunakan micin,” ujar Anto, warga Ciganjur, Jakarta selatan.

Rasa Kelima

Micin, vetsin atau dalam bahasa kimianya disebut monosodium glutamate (MSG) merupakan penambah makanan yang sangat populer.

MSG pada dasarnya merupakan garam sodium dari zat asam glutamic, salah satu unsur yang terdapat dalam zat asam amino (protein building block).

Menurut DR. Idrus Jus’at, M.Sc.,Ph.D, secara alamiah glutamate diproduksi dalam tubuh kita sendiri. “Glutamic acid ini adalah protein (asam amino non-esensial) yang dibuat tubuh untuk berbagai proses metabolisme,” jelas dekan Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan Uniersitas Indonusa Esa Unggul.

Ini juga merupakan bahan yang secara alami ada dalam setiap bahan makanan seperti telur, ikan laut, daging, ayam, kentang, jagung, tiram, tomat, jamur, kacang polong, anggur, saus kedelai, kenari, keju, bahkan air susu ibu (yang kadarnya 20 kali lebih tinggi dari susu sapi) serta berbagai makanan lain yang menggunakan hidroliza protein.

Para ahli masak di Jepang sudah sejak lama sekali menambahkan ganggang laut, Laminaria Japonica, dalam sup buatan mereka untuk menguatkan rasa.

Di tahun 1908, Prof. Dr. Kikunae Ikeda dari Universitas Kerajaan Tokyo mengisolasi 1-glutamate dan menemukan reseptor-reseptor berasa lain yang disebut umami (rasa kelima). Ia kemudian juga menemukan umami lain seperti inosine 5'-monophosphate (IMP) dan guanosine 5'-monophosphate (GMP).

Sebelumnya dalam pengajaran biologi hanya dikenal empat rasa yang dapat dikecap lidah yakni asin, manis, pahit dan asam. Prof. Ikeda menyebutkan, pada umami terdapat rasa yang sama dengan tomat, ikan, asparagus atau keju yang berbeda dengan empat rasa yang sudah dikenal.

Rasa umami ini tidak bisa digantikan dengan keempat rasa lain. Penelitian ini dilakukan Prof. Ikeda setahun sebelumnya pada ganggang yang banyak digunakan sebagai penyedap makanan alamiah. Dengan melakukan ekstraksi, ditemukan unsur yang menyebabkan rasa makanan menjadi lebih enak, yakni asam glutamin.
(Abd)

No comments:

Post a Comment

FanPage Taste Of Knowledge

Popular Posts

My Twitter