Poster film City of God |
Judul Asli : Cidade de Deus
Pemain : Alexandre Rodriguez, Leandro Fermino, Phellipe Haagensen
Sutradara : Fernando Merelles
Penulis Naskah : Braulio Mantovani (screenplay), Paulo Lins (Novel)
Produksi : 02 Film
Oke... Malam ini saya telah melahap lagi sebuah film yang berjudul City of God. Kota di Brazil yang didalamnya penuh dengan senjata, obat terlarang dan kekerasan. Remaja dan anak-anak sekalipun telah menyentuh ketiga unsur ini. Mungkin bagi setiap kota besar pada umumnya ada ketiga unsur ini.
Film ini diangkat dari kisah nyata Rocket dalam film ini diperan oleh Alexandre Rodriguez. Rocket seorang fotografer muda adik dari Goose salah seorang dari Trio Mortes Gengster kecil di kota kecil tersebut pada tahun 60-an. Bersama dengan 2 temannya yang lain, Hairy dan Snatcher serta ditemani oleh Kid (adik dari hairy) dan Benny mereka melakukan perampokan. Hingga akhirnya Trio Mortes berhenti sejak terjadinya perampokan yang dilakukan oleh mereka, namun sebuah pembunuhan mampu dilakukan oleh Kid sendiri sehingga membuat Trio Mortez menjadi buronan.
Disini saya melihat karakter anak-anak seperti Kid mampu membunuh dengan mudahnya sungguh tidak mengherankan. Dia dibesarkan dilingkungan yang sudah terbiasa melihat senjata dan kekerasan. Karakter pada dirinya pun terbangun dari yang biasa dia lihat. Seorang anak itu seperti cermin yang mengikuti perbuatan orang dewasa disekitarnya, jika dia besar dilingkungan terpelajar dia akan menjadi sosok terpelajar pula, namun jika dia besar dilingkungan yang terbiasa dengan kekerasan dia akan menjadi sosok yang kasar pula. Difilm ini banyak karakter yang seperti Kid, kurang pengawasan oleh orang tua (keluarga) nya sehingga tidak mampu mengontrol perkembangan si anak. Pendidikan awal seorang anak sebenarnya diawali oleh keluarga, lingkungan kemudian sekolah. Sekolah hanya memiliki waktu yang sedikit untuk mendidik perkembangan anak. Keluarga adalah penyaring, penilai benar atau salah yang kita tangkap dari lingkungan kita, Pada hakikatnya keluarga memiliki nilai-nilai yang di anggap benar dalam lingkup keluarga itu sendiri. Jadi, jika kita sendiri tak pernah meluangkan waktu pada anak kita, jangan heran jika anak tersebut berubah sesuai pada lingkungan mereka hidup sehari-harinya.
Berbeda dengan Kid, Rocket adalah sosok yang sangat tidak menyukai kekerasan, dia lebih memilih untuk tidak mengikuti semua yang dilihat di lingkungannya, Senjata, obat terlarang dan kekerasan. Bahkan kakaknya sendiri pun tak ingin di ikuti. Dia juga lebih memilih kamera dari pada memiliki senjata.
10 tahun kemudian sosok Kid yang dulunya kecil telah tumbuh dewasa dan telah berganti nama menjadi (Leandro Fermino) Ze. Cita-citanya dulu telah tercapai menjadi seorang gangster dikotanya bersama teman kecilnya dulu, (Phellipe Haagensen) Benny. Berdua mereka menjadi penjual obat terlarang terbaik di kotanya, dengan bantuan polisi tentunya sebagai sosok pelindung dari bisnisnya ini.
Disini saya melihat, jika kita ingin terlindung dari hukum kita harus memiliki si penghukum itu. Ze dan Benny dapat terlindung dari hukum dikotanya karena dia memiliki sosok penghukum tersebut di tangannya. Ibarat permainan anak-anak monopoly di Indonesia, jika tak ingin masuk penjara kita harus memiliki kartu bebas penjara dan itu diterapkan oleh mereka dan para pegiat kejahatan di kota-kota lainnya.
Di film ini sangat menggambarkan pula keadaan seorang yang kecanduan obat terlarang berada ditangan penjual obat terlarang itu. awalnya hanya mencoba pemberian teman, kemudian menggunakan uang pribadinya, jika uang pribadinya telah habis mulai menjual barang-barang pribadinya dan seisi rumah. Perlahan namun pasti semakin kau kecanduan, semakin kau memperkaya si penjual obat tersebut.
Di
film ini yang dapat dipelajari juga tentang peraturan. Pada suatu
bagian setelah kematian Benny kota menjadi terasa panas bagi dua kubu
penjual, Ze dan Redhead. Redhead mempunyai seorang anggota baru yang
dendam kepada Kid karena telah membunuh adiknya dan memperkosa pacarnya,
Ned nama anggota baru itu. Dia tidak ingin menjadi perampok dan
membunuh seperti kelompok Redhead. Suatu ketika dia melakukan perampokan
namun peraturannya tak ingin melakukan pembunuhan. Pada perampokan
kedua dia diselamatkan oleh Redhead yang membunuh karna ingin
menyelamatkan Ned yang ingin ditembak, yang berarti ada pengecualian
dalam peraturan. Perampokan ketiga pengecualian telah menjadi peraturan,
boleh membunuh orang yang mengancam. kemudian saya teringat salah satu
definisi kebenaran, kebenaran adalah kesalahan yang berulang. Kita
melakukan kesalahan, terbiasa, kemudian membenarkan kebiasaan yang salah
tersebut.
Diakhir
film ini peran Rocket semakin diperjelas. Rocket yang sering
mengantarkan koran di sebuah media cetak dikota itu tanpa sengaja hasil
fotonya yang berisi foto-foto kelompok Ze dimuat menjadi Headine. Sejak
saat itu dia diangkat menjadi fotografer dan diutus meliput perkembangan
kota itu. Hingga akhirnya foto terbaiknya adalah gambar kematian Ze dan
aksi penyuapan yang dilakukan kelompok Ze kepada polisi. Sekali lagi
media menjadi bahasa kebenaran, bukan karena mengedepankan komersil
dari berita tersebut, tapi Rocket menjadikan kamera sebagai bahasa
kebenaran.
No comments:
Post a Comment