Tuesday, July 17, 2012

Kasus Doping Di Olimpiade

Demi meraih kemenangan, banyak yang rela menghalalkan segala cara. Tak terkecuali dalam kompetisi Olimpiade. Banyak kasus atlet ketahuan menggunakan doping sehingga menang dan lahir sebagai juara.

Komite Internasional Olimpiade (International Olympic Committee) melansir daftar nama atlet yang positif menggunakan obat-obatan terlarang untuk membantu performanya dalam bertanding. Komite akhirnya kembali melucuti medali yang sudah terlanjur diberikan kepada para atlet tersebut.

Berdasarkan laporan sportsanddrugs.procon.org, sepanjang penyelenggaraan Olimpiade Musim Panas kasus doping meningkat 0,49 persen dibandingkan Olimpiade Musim Dingin yang hanya 0,28 persen. Penyelenggaraan Olimpiade Athena 2004 merupakan yang paling banyak ditemukan laporan kasus doping.

Untuk cabang olah raga, angkat besi yang paling banyak terjerat kasus doping atau 28,4 persen dari total kasus. Sementara Austria merupakan negara asal atlet yang tersangkut kasus doping terbanyak atau 10 kasus, diikuti Yunani 9 kasus, dan Amerika Serikat 8 kasus. 

Pada Olimpiade Beijing 2008 ada sebanyak 4.770 tes doping dan dilaporkan sebanyak 20 kasus doping positif atau sebanyak 0,42%. Sementara Olimpiade Athena 2004 ada sebanyak 3.667 tes doping dan ditemukan 26 kasus doping atau 0,74%, serta olimpiade Los Angeles 1948 ada sebanyak 1.507 tes doping dan dilaporkan ada sebanyak 12 kasus doping atau 0,8%.

Sementara pada olimpiade musim dingin, kasus terbanyak ditemukan pada olimpiade di Turin, Italia 2006 dengan 7 kasus doping dari sebanyak 1.219 tes dan Olimpiade Salt Lake City, Amerika Serikat juga ditemukan 7 kasus doping dari 700 tes yang dilakukan. Kemudian olimpiade Vancouver, Canada 2010 ditemukan 3 kasus doping dari 2.149 tes yang dilakukan.

Berdasarkan cabang olahraga, kasus doping terbanyak ditemukan pada cabang olahraga angkat berat sebanyak 36 kasus, atletik 28 kasus, ski lintas alam 12 kasus, berkuda 8 kasus, hoki es dan gulat 6 kasus,  bersepeda 5 kasus, serta biathlon, pancalomba modern dan voli 3 kasus. Negara peserta olimpiade yang memiliki catatan kasus doping terbanyak diantaranya Austria dengan 10 kasus, Yunani dan Rusia 9 kasus, Amerika Serikat 8 kasus, Bulgaria dan Hungaria 7 kasus, Polandia dan Spanyol 5 kasus.


Beberapa kasus di antaranya :

1. Hans-Gunnar Liljenwall, Swedia (1968)


Atlet cabang olah raga pancaloba modern yang meraih medali perunggu pada Olimpiade Musim Panas 1968 di Mexico City ini didiskualifikasi akibat penggunaan alkohol. Liljenwall merupakan atlet pertama yang dikeluarkan pada Olimpiade akibat penggunaan obat-obatan, menyusul pengenalan regulasi anti-doping oleh Komite Olimpiade Internasional pada 1967.

Liljenwall dilaporkan meminum dua botol bir untuk menenangkan kegugupannya sebelum mengikuti pertandingan menembak di cabang dasalomba. Tim Swedia akhirnya harus mengembalikan medali perunggu yang mereka menangkan.

2. Rick Demont, Amerika Serikat (1972)


Pada penyelenggaraan Olimpiade Musim Panas di Muenchen, Jerman pada 1972 tercatat ada 7 kasus positif penggunaan doping. Di antaranya adalah Rick Demont, atlet renang asal Amerika Serikat yang meraih medali emas dalam cabang olahraga renang gaya bebas 400 meter.

DeMont sebenarnya memiliki catatan prestasi mengagumkan. Pada 1973 dia menjadi orang pertama yang mampu berenang gaya bebas 400 meter dengan jarak tempuh hanya 3 menit 58 detik. Komite Olimpiade Internasional akhirnya melucuti medali emas yang diraihnya setelah positif menggunakan obat asma atau ephedrine. Akibat tes positif tersebut, dia juga kehilangan potensi meraih medali lainnya karena dia dilarang mengikuti perlombaan lain di Olimpiade.

3. Zbig Kaczmarek, Polandia dan Valentin Khristov, Bulgaria (1976)


Dari sebanyak 9 kasus positif doping di Olimpiade Montreal, Kanada pada 1976, dua kasus di antaranya adalah peraih medali emas, yang keduanya juga dicabang angkat berat. Yakni Zbigniew Kaczmarek, atlit asal Polandia untuk cabang angkat berat 67,5 kg dan Valentin Khristov, atlet asal Bulgaria pada cabang angkat berat 100 kg.

Keduanya dilaporkan positif mengonsumsi anabolic steroid, obat yang memiliki efek seperti testosteron dan dihidrotestosteron dalam tubuh. Obat ini meningkatkan sintesis protein dalam sel, yang mengakibatkan penumpukan jaringan sel, terutama di otot.

4. Mitko Grablev dan Angell Guenchev, Bulgaria dan Ben Johnson, Kanada (1988)


Tercatat sebanyak 10 kasus positif doping. Empat di antaranya oleh atlet yang meraih medali emas dan perak pada penyelenggaraan Olimpiade Seoul, Korea Selatan pada 1988. Tiga atlet yang positif menggunakan doping dan meraih medali emas adalah Mitko Grablev dan Angell Guenchev.

Keduanya asal Bulgaria dan sama-sama atlet angkat berat kelas 56 kg dan 67,5 Kg.

Sementara satunya lagi adalah atlet cabang atletik asal Kanada, Ben Johnson yang meraih medali emas untuk cabang atletik 100 meter. Grablev dan Guenchev dilaporkan positif mengonsumsi furosemide, obat tersebut biasa digunakan untuk obat gagal jantung. Obat ini juga digunakan kuda balapan guna mencegah keluarnya darah dari hidung selama pertandingan.

Sedangkan Johnson dilaporkan positif mengonsumsi stanozolol atau sintetis dari anabolic steroid.

5. Izabela Dragneva, Bulgaria dan Alexander Leipold, Jerman, serta Marion Jones, Amerika Serikat (2000)

Dari 12 kasus atlet yang dilaporkan positif menggunakan doping, lima di antaranya adalah atlet yang berhasil meraih medali emas pada penyelenggaraan olimpiade Sidney tahun 2000. Di antaranya Izabela Dragneva, atlit cabang angkat berat 48 kg asal Bulgaria. Dragneva dilaporkan positif mengonsumsi furosemide. Kemudian Alexander Leipold, atlit cabang gulat kelas 76 kg asal Jerman yang dilaporkan positif mengonsumsi nandrolone.

Paling fenomenal adalah Marion Jones, atlit cabang atletik asal Amerika Serikat yang berhasil memenangi 3 medali emas dan 2 medali perunggu, masing-masing untuk cabang lari 100 meter, 200 meter, 400 meter, dan lompat jauh. Jones dilaporkan positif mengonsumsi THG atau tetrahydrogestrinon merupakan anabolic steroid.

Marion Lois Jones atau dikenal Marion Jones-Thompson adalah perempuan kelahiran 12 Oktober 1975, seorang pemain bola basket dan atletik profesional. Dia memenangi lima medali pada Olimpiade Sydney, namun semua medalinya dibatalkan akibat dilaporkan positif mengonsumsi obat-obatan.

Saat pengakuan dan rasa bersalahnya, Jones adalah salah seorang paling terkenal yang terkait dengan skandal Balco, sebuah laboratorium yang berlokasi di pantai San Fransisco yang dikenal menyediakan anabolic steroid bagi atlet-atlet profesional.

Kasus doping yang terkait dengan Balco bahkan menyeret 20 nama atlet top termasuk mantan suami Jones, C.J Hunter, atlit menembak dan Tim Montgomery, pemecah rekor dunia lari cepat yang juga ayah dari anak pertama Jones.

6. Adrian Annus dan RĂ³bert Fazekas, Hungaria (2004)


Pada penyelenggaraan Olimpiade Athena, Yunani pada 2004 dilaporkan sebanyak 27 kasus positif doping. Dari 8 kasus,  5 di antaranya oleh atlet yang berhasil meraih medali emas, 1 kasus peraih medali perak dan 1 kasus peraih medali perunggu. Peraih medali emas tersebut di antaranya Adrian Annus dan Robert Fazekas, keduanya merupakan atlet cabang atletik asal Hungaria dan berhasil memenangi medali emas.

Kasus doping Annus dan Fazekas menyeruak setelah skandal doping pada Olimpiade di Athena mengemuka ke publik. Insiden ini juga menyita perhatian publik. Akibatnya, selama beberapa bulan Annus menolak mengembalikan medalinya. Setelah Komite Olimpiade Internasional mengancam akan memberikan sanksi kepada Komite Olimpiade Hungaria, akhirnya dia bersedia mengembalikan medalinya.

7. Rashid Ramzi, Hungaria (2008)


Seperti penyelenggaraan Olimpiade Musim Panas sebelumnya, pada pelaksanaan kompetisi Olimpiade Beijing, China, pada 2008 juga ditemukan 18 kasus positif doping. Sebanyak 5 kasus di antaranya oleh atlet peraih medali emas, perak dan perunggu.

Peraih medali emas yang dilaporkan positif menggunakan doping adalah Rashid Ramzi, atlet cabang atletik asal Bahrain yang berhasil meraih medali emas untuk jarak 1.500 meter. Ramzi dilaporkan positif mengonsumsi Cera (continuous erythropoietin receptor activator), sebuah obat generasi baru dalam kelas baru erythropoietic-stimulating agent (ESA). Cera mendorong stimulasi peningkatan eritropoietin reseptor dibandingkan dengan ESA lainnya.

Ramzi harus rela mengembalikan medali emasnya, akibat dilaporkan positif menggunakan doping.

No comments:

Post a Comment

FanPage Taste Of Knowledge

Popular Posts

My Twitter