Melihat kemenangan Chelsea di Liga Champions 2012 seperti menyaksikan
perjalanan sebuah klub dongeng dari kawasan elite di barat Greater
London, Inggris.
Berawal dari sebuah klub yang tidak sementereng
Real Madrid, AC Milan atau Manchester United — kendati pernah menjuarai
Liga Inggris 1954-55 — Chelsea masuk dalam lingkup elit dunia sejak awal
2000-an.
Pemilik lama, Ken Bates, yang membeli saham Chelsea
dengan harga hanya 1 pound pada 1982, membawa filosofi pembangunan klub
sepakbola di era modern. Selain mengganti logo usang Chelsea, Bates juga
mengubah wajah tim menjadi lebih kosmopolitan.
Ruud Gullit,
Gianluca Vialli, Mark Hughes, Jimmy Floyd Hasselbaink, Marcell Desailly,
dan Gianfranco Zola adalah beberapa nama tenar yang dihadirkan ke
Stamford Bridge.
Kebijakan Bates menjadi awal perubahan Chelsea
sesungguhnya. Tahun 2003, krisis utang yang dialami Bates membuat saham
Chelsea diborong raja minyak Rusia, Roman Abramovich. Kebijakan Bates
dilanjutkan Abramovich, bahkan dengan dukungan dana yang sangat besar.
Secara
total hingga 2012, Abramovich sudah mengeluarkan dana $ 2,8 miliar (Rp
26 triliun). Angka itu sudah termasuk lebih dari $ 300 juta yang
dikeluarkannya untuk melunasi utang Chelsea sekitar dua tahun lalu.
Abramovich
memang memoles Chelsea lebih mewah. Dari sisi pemain, sejak 2003 hingga
kini, dia telah merekrut lebih dari 60 pemain berkategori sangat
populer. Menurut penelitian ahli keuangan olahraga, Daniel King, dari
koran The Sun, nilai total transfer para pemain itu mencapai $ 1,02
miliar.
Fasilitas latihan klub di Cobham, Surrey, disulap hingga
memiliki fasilitas bintang lima. Bekas pemain Juliano Belletti, dibuat
tercengang ketika baru ditransfer dari Barcelona pada 2007.
“Barcelona
— sebagai klub elit dunia — tak punya fasilitas seperti Chelsea,” kata
pemain dari Brasil itu ketika diajak berkeliling Cobham untuk pertama
kalinya oleh kapten John Terry,
Di lapangan, musim 2003-04,
Chelsea sudah mengancam papan atas EPL dengan menjadi juara dua dan
mencapai semifinal Liga Champions. Setahun kemudian, berkat kehadiran
pelatih Jose Mourinho, Chelsea benar-benar masuk dalam lingkungan elit
Eropa. Dua gelar EPL secara beruntun (2005 dan 2006) menjadi pengakuan
mereka. Itulah koleksi gelar EPL pertama Chelsea dalam setengah abad.
Sejak
itu, Chelsea selalu menjadi kandidat juara EPL. Tetapi, uniknya,
Abramovich terkesan menganggap biasa gelar juara EPL atau trofi Piala FA
yang bergengsi atau Piala Liga Inggris. Nampaknya dia kenyang dengan 3
gelar EPL, 2 trofi Piala Liga dan 4 trofi Piala FA selama menjadi
pemilik Chelsea. Dia hanya ingin melihat timnya merajai Eropa. Itulah
impian terbesarnya.
Itu sebabnya Chelsea memiliki 7 pelatih
berbeda dalam 8 tahun terakhir. Pelatih permanen seperti Mourinho, Avram
Grant, Luiz Felipe Scolari, Carlo Ancelotti dan Andre Villas Boas harus
angkat koper dengan uang pesangon yang tidak sedikit.
Padahal
Ancelotti, sebagai contoh, meraih gelar ganda pada musim pertamanya di
Inggris dua tahun lalu. Pelatih dari Italia itu mengantar The Blues
juara EPL dan Piala FA.
Sekali lagi, Abramovich tidak
menganggapnya istimewa. Yang dia inginkan adalah Chelsea menjuarai Liga
Champions. Dan di 3/4 musim ini, selepas pemecatan Villas Boas,
Abramovich berpikir tentang ambisinya di musim depan. Fabio Capello
disebut akan menjadi pelatih tetap Chelsea musim depan untuk mewujudkan
proyek ambisius itu. Padahal, musim ini belum juga selesai dilalui oleh
Terry dkk bersama pelatih sementara Roberto Di Matteo.
Apa nyana,
Di Matteo berhasil melampaui segala ekspektasi dan prediksi semua
orang, termasuk sang bos besar. Pertama, Di Matteo hanya pelatih
sementara. Kedua, Di Matteo berwenang penuh saat Chelsea sedang berada
dalam situasi sulit. Terseok-seok menuju papan atas EPL dan baru saja
dihantam Napoli di perdelapan final Liga Champions pada bulan Maret
2012.
Namun Di Matteo, yang kalem dan sulit diprediksi, membuktikan tangan dinginnya.
Misi
sulit untuk menang sedikitnya empat gol atas Napoli di leg kedua
perdelapan final Liga Champions berhasil dilalui. Benfica dan Barcelona
menjadi korban berikutnya sampai akhirnya Bayern Muenchen dipermalukan
di depan publiknya sendiri.
Di Matteo sekali lagi membuktikan
kapasitasnya sebagai ahli meracik tim kendati Chelsea harus terlempar
dari empat besar EPL atau yang pertama kali sejak 2003.
Kini,
Abramovich membatalkan rencananya menghadirkan Capello di musim depan.
Dia merasa perlu mengapresiasi jasa Di Matteo dengan memberinya kontrak
permanen. Ini seakan menjadi pertanyaan lanjutan. Apakah Abramovich
sudah menjadi lebih tenang karena ambisi tertingginya sudah tercapai?
Apakah
itu berarti kegemarannya memecat pelatih juga akan berakhir dan berubah
menjadi lebih moderat? Waktu yang akan memberi jawabannya. Dongeng
masih mungkin berlanjut.
Let's Share Knowledge... Lebih Baik Hidup Dengan Banyak Warna, Dari Pada Hidup Dengan Satu Warna!!!
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
FanPage Taste Of Knowledge
Popular Posts
-
Futsal adalah permainan bola yang dimainkan oleh dua tim, yang masing-masing beranggotakan lima orang. Tujuannya adalah memasukkan bola ke ...
-
Sejak lahir, bocah asal Cikarang ini tak punya alat kelamin. Akibatnya, kencingnya tak terkontrol. Dewa penolong baru datang setelah ia beru...
-
Sinema Wajah Indonesia, Hadirkan Konten Tayangan Yang Lebih Indonesia Program ini merupakan rangkaian produksi dan penayangan film televisi...
-
Liburan Natal boleh jadi sudah usai, tapi liburan Tahun Baru baru akan dimulai besok. Untuk mempersiapkan kenang-kenangan dari saat-saat k...
-
Ada banyak Cara atau langkah - langkah untuk bagaimana memasang Tampilan Yahoo Messenger anda di dalam sebuah Forum, Blog atau Website Priba...
No comments:
Post a Comment