Let's Share Knowledge... Lebih Baik Hidup Dengan Banyak Warna, Dari Pada Hidup Dengan Satu Warna!!!
Thursday, May 31, 2012
Swedia Belajar Pengelolaan Pasar Tradisional Surakarta
Surakarta - Wakil dari sembilan pemerintah kota di Swedia datang ke Surakarta, Jawa Tengah untuk belajar dan bertukar pikiran soal kehidupan berdemokrasi di Indonesia. Dalam program yang digagas International Center for Local Democracy tersebut, pola perdagangan di pasar tradisional jadi satu pokok pembahasan.
»Di Swedia tidak ada pasar tradisional seperti di Indonesia. Misalkan ada, hanya di saat-saat tertentu dan di kota-kota tertentu,” kata Kepala Dinas Pengelolaan Pasar Surakarta Subagiyo yang menemani delegasi Swedia berkunjung ke Pasar Gede, Kamis, 31 Mei 2012 siang ini.
Delegasi Swedia akan berada di Surakarta sampai 1 Juni 2012. Selain menggelar diskusi, mereka juga berkunjung ke beberapa lokasi seperti Pasar Gede, perumahan yang menjadi tempat tinggal warga pasca-relokasi, dan kampung batik Kauman. »Mereka ingin menjajaki kerjasama di bidang pariwisata, kesehatan, pengelolaan lingkungan kumuh, dan perdagangan, khususnya manajemen pasar tradisional,” ucapnya.
Salah seorang anggota rombongan, Gunnel Anna Birgitta Simu, mengatakan pengelolaan pasar tradisional di Indonesia, khususnya Surakarta terlihat bagus. Penataan barang dagangan cukup menarik dan kebersihan terjaga. »Di Swedia sendiri pasar tradisional hanya ada saat musim panas. Itupun hanya di Stockholm,” kata Wali Kota Haparanda ini.
Sembilan kota yang utusannya datang ke Surakarta adalah Kota Timra, Kota Nynashamn, Kota Haparanda, Kota Vaxholm, Kota Norrtalje, Kota Forshaga, Kota Vanersborg, Kota Alvdalen, dan Kota Vasterbottens. Perwakilan dari Vanersborg, Anders Friden, mengatakan pasar tradisional di Indonesia cukup bersih dan sudah memisahkan jenis barang yang dijual dalam bentuk blok. »Sudah seperti di supermarket yang memisahkan barang berdasarkan jenisnya,” ujarnya.
Hanya saja, dia ragu dengan kesegaran barang yang dijual, terutama daging dan ikan, karena tidak dilengkapi dengan lemari pendingin. Di Swedia, katanya, setiap pedagang daging dan ikan memiliki lemari pendingin agar barang yang dijual tetap segar.
Subagiyo mengatakan pasar tradisional di Surakarta memang masih sederhana. Yang menjadi keunggulan di sisi pelayanan, penataan tata ruang, dan model transaksi yang bisa tawar-menawar harga. »Mereka sendiri tertarik dengan cara pelayanan kita, yang bisa tawar-menawar. Selain itu, mereka kagum dengan keragaman dagangan di pasar tradisional,” ucapnya.
Dia menyatakan Swedia punya rencana untuk mengundang pemerintah Surakarta untuk datang ke Swedia dan melihat cara pengelolaan pasar secara modern. »Nantinya kedua pihak bisa saling melengkapi,” katanya.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
FanPage Taste Of Knowledge
Popular Posts
-
Sejak lahir, bocah asal Cikarang ini tak punya alat kelamin. Akibatnya, kencingnya tak terkontrol. Dewa penolong baru datang setelah ia beru...
-
Tanya: Saya lagi PDKT sama cewek, dan rajin kirim BBM siang dan malam nanya udah makan belum? Maksudnya supaya dia tahu bahwa saya perhati...
-
Dalam pertemuan Internet.org Mobile Efficiency Developer Workshop di Jakarta Senin (13/10) lalu, pendiri dan CEO Facebook Mark Zucke...
-
Oleh Brierley Wright, M.S., R.D., Nutrition Editor, EatingWell Magazine Ketika makanan di dapur ada yang kedaluwarsa, saya dan suami se...
-
Hari Ini, Jakarta Merayakan HUT-Nya Yang Ke-487. Tanpa Melihat Siapa Gubernurnya Atau Presidennya. Kalau Kamu Lahir Di Jakarta, Tinggal...
No comments:
Post a Comment