Bola.net - Apa yang membuat Emirates Stadium, stadion berkapasitas 60 ribu penonton selalu penuh setiap kali Arsenal bertanding? Jawabannya hanya satu, Arsene Wenger.
Suporter Arsenal tidak terlalu peduli siapa yang bermain, entah itu Emmanuel Adebayor yang telah mengutarakan niatannya untuk hengkang ke Milan, Cesc Fabregas yang mulai memikirkan kembali ke Barcelona, si bengal Niklas Bendtner, atau pemain-pemain muda seperti Theo Walcott, Carlos Vela, Kieran Gibbs, Jack Wilshere, serta entah siapa lagi anak-anak berusia belasan tahun yang akan dimainkan Wenger.
In Arsene We Trust
In Arsene We Trust, sebuah slogan yang terdapat di bendera, spanduk, syal, kaos, hingga berbagai sudut stadion, bukti bagaimana Gooners begitu mencintai sosok Arsene Wenger sejak datang di Highbury pada tahun 1996.
Wenger membangun pondasi Arsenal ketika tim London Utara itu diisi pemain-pemain tua yang gemar mabuk dan merokok. Tapi tangan dingin Wenger berbicara. David Seaman, Tony Dixon, Nigel Winterburn, Martin Keown, Steve Bould, Tony Adams, Roy Parlour, hingga Ian Wright mampu dipoles Wenger dari mesiu kuno menjadi senjata andalan senapan modern.
Wenger juga hampir selalu sukses dalam pembelian pemain, mulai Marc Overmars, Sylvinho, Fredrik Ljungberg, Emmanuel Petit, Nicolas Anelka, Patrick Vieira, hingga Thierry Henry yang kemudian menjadi King of Highbury.
Ketika pemain-pemain senior telah matang dan berkembang, Wenger tidak meninggalkan satu hal penting dalam tim Arsenal yaitu regenerasi. Tidak terhitung pemain-pemain yang menggantikan peran seniornya di Arsenal, sepeti Ashley Cole, Philippe Senderos, Alexander Hleb, Thomas Rosicky, hingga Robin Van Persie.
Kini, pemain-pemain generasi ke tiga dimunculkan Wenger sejak kekalahan menyakitkan dari Barcelona di final Liga Champions 2006. Cesc Fabregas, Gael Clichy, Denilson, Theo Walcott, Manuel Almunia, serta Niklas Bendtner sangat dipercaya oleh Wenger meski tidak sedikit kritikan dari media Inggris dan suporter yang mempertanyakan kebijakan pemain-pemain muda Wenger.
Pada kenyataannya, anak-anak muda Arsenal tampil inkonsisten musim ini. Kalah di kandang sendiri dari Hull City dan Aston Villa menjadi bukti bahwa Arsenal belum layak menjadi juara musim ini. Hingga berakhirnya paruh pertama, Arsenal bahkan tercecer di luar empat besar. Kedatangan Andrei Arshavin dan pulihnya beberapa pemain pilar membantu Arsenal bangkit tak terkalahkan pada 28 pertandingan serta melangkah hingga semi final Piala FA dan Liga Champions.
Tanpa Gelar Sejak 2005
Namun bagi suporter, dua semifinal di Piala FA dan Liga Champions belum cukup karena musim ini Arsenal kembali hampa gelar sejak terakhir kali mengangkat trofi Piala FA pada tahun 2005.
Kegagalan meraih trofi musim ini membuat petinggi Arsenal gerah. Salah satu pemegang saham mayoritas Arsenal, siap mengucurkan dana segar untuk belanja pemain musim depan. Namun seperti yang sudah diduga, hal itu tampaknya hanya akan membuat Wenger tersenyum simpul karena pria berusia 59 tahun itu akan keukeuh dengan kebijakan pemain mudanya.
Keretakan hubungan Wenger dengan petinggi Arsenal sebenarnya sudah berlangsung lama, yaitu sejak Arsenal mengencangkan pengeluaran untuk menutupi biaya pembangunan stadion baru mereka, Emirates Stadium di kawasan Ashburton Groove. Mundurnya orang kepercayaan Wenger, David Dein, dari jajaran manajemen membuat hubungan Wenger dengan petinggi Arsenal sudah tidak lagi semesra dulu.
Ditambah kini dengan keraguan sebagian Gooners yang mulai gerah dengan kegagalan demi kegagalan yang terus melekat dengan Cesc Fabregas dkk. Wenger bahkan sempat diteriaki 'boo' dan diancam lemparan pisau oleh suporter, sesuatu yang menurut Wenger adalah sebuah 'betrayed', pengkhianatan atas pengabdiannya di Arsenal selama 13 tahun.
Setelah melalui masa-masa paling sulit sepanjang karirnya di Arsenal, Wenger menegaskan bahwa dia akan bertahan hingga kontraknya berakhir pada musim panas 2011 mendatang.
Tidak banyak pelatih yang mempunyai prinsip membangun skuad muda dengan target jangka panjang pada klub sebesar Arsenal, Wenger adalah perkecualian. Yang dibutuhkan oleh Wenger hanyalah satu kata: percaya. Kepercayaan dari petinggi klub, suporter, dan pemain.
Kini, dengan orang-orang di sekelilingnya yang tidak lagi percaya 100% kepada pelatih berjuluk The Professor itu, Wenger bagaikan seorang diri di tengah-tengah 60 ribu orang yang memenuhi Emirates Stadium. Berdiri dengan keyakinan dan keteguhan prinsipnya di saat semua orang telah meragukannya (kpl/bola)
Source : Bola.Net
Let's Share Knowledge... Lebih Baik Hidup Dengan Banyak Warna, Dari Pada Hidup Dengan Satu Warna!!!
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
FanPage Taste Of Knowledge
Popular Posts
-
Sejak lahir, bocah asal Cikarang ini tak punya alat kelamin. Akibatnya, kencingnya tak terkontrol. Dewa penolong baru datang setelah ia beru...
-
Sinema Wajah Indonesia, Hadirkan Konten Tayangan Yang Lebih Indonesia Program ini merupakan rangkaian produksi dan penayangan film televisi...
-
Berikut ini adalah ulasan untuk menambah kecepatan komputer kita. Untuk menambah kecepatan komputer kita bisa dilakukan dengan pemeliharaan ...
-
Hai pengguna jagad maya seluruh dunia… bagaimana perasaan kalian jika kalian lagi pada galau? Memang lagi galau, sengaja pengen galau, ingin...
-
Special Trans TV Belajar Indonesia (Trans TV) Belajar Indonesia adalah sebuah Program TV yang mengangkat cerita tentang seseorang warga neg...
No comments:
Post a Comment