Monday, September 27, 2010

Menangkal Konten Negatif Di Ponsel Anak

LANTARAN hari-harinya banyak dihabiskan di kantor, Dora memanfaatkan ponsel untuk memantau gerak-gerik Denis, buah hatinya yang masih duduk di kelas V SD. Ponsel yang diberikan buat sang buah hati bukan ponsel sembarangan. Selain dilengkapi pemutar musik, video, dan kamera, ponsel itu juga dilengkapi teknologi 3G yang memungkinkan seseorang melakukan panggilan video calling.

“Lewat video calling, saya bisa bertatap muka dengan anak. Misalnya, dia sedang di mana dan lagi apa. Jadi saya bisa tahu aktivitas Denis,” bilang ibu yang bekerja di kawasan Sudirman, Jakarta, ini.

Suatu hari, Dora iseng mengecek ponsel sang anak. Alangkah terkejutnya Dora. Di ponsel Denis, ia mendapati sesuatu yang belum layak dikonsumsi anak kecil: potongan film porno. Tak cuma satu klip, tapi lebih dari 5 video mesum ia temukan.

“Setelah saya interogasi, video itu didapat dari temannya yang lain. Ponsel Denis yang difasilitasi video dan kamera itu lalu saya ambil. Agar tak bisa mengakses video, saya memberi dia ponsel standar yang hanya membuat dia bisa menelepon dan SMS saja,” jelas ibu dua anak ini.

Pornografi momok yang menakutkan bagi para orangtua di mana pun. Mudahnya distribusi materi-materi porno berbentuk foto atau video dari satu ponsel ke ponsel lainnya via bluetooth atau infrared membuat 'barang haram' ini gampang disebarkan.

Belum tersedianya ponsel yang dilengkapi teknologi yang mampu membatasi pengiriman dan penerimaan data berbau dewasa, makin membuat pornografi via ponsel merajalela.

Di sejumlah negara maju, untuk mencegah anak mengonsumsi konten berbau porno, beberapa vendor menciptakan ponsel yang dirancang khusus untuk anak kecil.

Ponsel-ponsel itu umumnya didesain dengan kemampuan terbatas, misalnya hanya untuk menerima dan melakukan panggilan telepon thok. Dengan begitu fungsi sebuah ponsel pun lebih efektif untuk anak, tanpa harus mengkhawatirkan ponsel digunakan untuk hal yang tak pantas.

FireFly Mobile misalnya. Ponsel bikinan vendor asal Negeri Paman Sam ini tidak menyertakan fungsi komplet ponsel pada umumnya. Jumlah tombolnya cuma 5. Dua tombol untuk menerima dan menolak panggilan. Dua tombol lainnya yang diberi gambar wanita dan laki-laki, berfungsi sebagai tombol cepat untuk menghubungi ayah atau ibu si anak. Satu tombol tersisa yang berada di tengah-tengah berfungsi mengakses phonebook yang hanya bisa diisi 22 nomor telepon saja.

Tidak hanya di Amerika, di negara lainnya seperti Korea atau pun Jepang sudah banyak dijual ponsel khusus untuk anak. Di Jepang misalnya, perusahaan telekomunikasi kawakan DoCoMo mengeluarkan ponsel seri SA800i yang selain fiturnya aman bagi anak-anak, juga dilengkapi sistem GPS melalui jaringan 3G miliknya. Dengan fitur ini orangtua bisa mendapatkan laporan posisi anak tiap waktu tertentu, misalnya 15 menit sekali.

Tidak seperti di negara-negara berekonomi maju, di sini belum ada satu vendor pun yang peduli membikin ponsel yang aman untuk anak-anak. Para vendor di sini, bisa jadi, lebih tertarik menggarap ponsel biasa yang secara bisnis lebih menguntungkan. Padahal, ponsel untuk anak pasar yang potensial.

Bayangkan saja, jumlah anak-anak di Indonesia mencapai sekitar 72 juta jiwa. Lepas dari luar hitung-hitungan bisnis, membikin ponsel anak sebenarnya bagian dari tanggung jawab sosial pembuat ponsel. Ketersediaan ponsel anak bukan tak mungkin bakal menciptakan generasi yang sehat.

Lalu bagaimana cara agar anak tak mengakses sesuatu yang tak pantas lewat ponselnya? Cara yang paling ampuh adalah dengan tidak memberikan anak ponsel. Tapi alasan ini bisa gugur karena beberapa sebab.

Pertama, ada orangtua yang sengaja memberikan ponsel agar bisa memantau keadaan anaknya. Alasan berikutnya, karena pergaulan. Coba, anak kecil mana sih yang kini tak memakai ponsel? Mereka membutuhkannya sebagai alat untuk berkomunikasi satu dengan yang lain. Ya, untuk bergaul.

Kalaupun ingin memberikan ponsel untuk si buah hati, ada beberapa hal yang patut diperhatikan. Paling utama, berikan ponsel dengan fitur yang terbatas. Berikan anak ponsel yang hanya bisa digunakan untuk melakukan panggilan telepon, mengirim SMS, tidak bisa menampilkan gambar, tanpa kamera, tanpa video, tanpa internet, tanpa bluetooth dan dengan daya tampung terbatas.

Ingat, ponsel canggih hanya memperbesar kemungkinan anak mengakses konten pornografi. Tak cuma itu, ponsel dengan fitur terbaru nan canggih juga membuat anak rawan jadi korban pencurian.

Namun jika terpaksa harus membelikan anak ponsel berfitur video, orangtua bisa mencarikan ya ponsel video yang tidak dilengkapi peranti koneksi seperti infrared maupun bluetooth. Karena transfer data dari perangkat lainnya terbatas, anak dijamin tak bakal menggunakan ponselnya untuk kegiatan negatif. Ada baiknya, orangtua juga rajin-rajin mengawasi anak dalam menggunakan ponsel.

(bin/gur)

Sumber : TabloidBintang.Com

No comments:

Post a Comment

FanPage Taste Of Knowledge

Popular Posts

My Twitter