Jakarta - Menteri Kebudayaan & Pariwisata Ir Jero
Wacik menyatakan tidak terlalu merisaukan kisruh Festival Film Indonesia
(FFI) 2010 akibat keputusan Komite Seleksi yang menyalahi pedoman FFI.
"FFI memang selalu ada masalah setiap kali penyelenggaraannya. Yang penting, keliruan itu sudah diperbaiki," kata menteri.
Pernyataan itu disampaikan Jero Wacik kepada wartawan Cek&Ricek yang mewancarainya.
"Perfilman
kita memiliki potensi besar. Itu sebabnya, ketika saya ditunjuk
Presiden SBY jadi menteri, film yang sudah lebih sepuluh tahun mati suri
merupakan prioritas pertama yang saya benahi. Festival saya bangkitkan
kembali. Hasilnya bisa kita lihat. Selain jumlah produksi, film
Indonesia juga mengalami peningkatan pesat dalam hal kualitas,"
paparnya.
Menteri Jero Wacik memang pernah mengalami sendiri
pahitnya ricuh FFI pada 2006. Waktu itu, generasi muda perfilman
memprotes keputusan juri yang menobatkan 'Ekskul' sebagai Film Terbaik.
Padahal film itu dituduh melakukan pelanggaran hak cipta music score.
Klimaks dari aksi protes itu, puluhan sineas muda mengembalikan Piala
Citra FFI ke kantor menteri.
Dalam wawancara kemarin, Jero Wacik
mengenang kembali peristiwa pengembalian lambang supremasi tertinggi
dunia film Indonesia itu. Meskipun kericuhan sering mewarnai, tapi
pengembalian piala baru pertama kali itu terjadi dalam sejarah FFI.
"Bagaimanapun
pahitnya saya menerima itu sebagai pelajaran berharga. Saya yang ingin
membangkitkan film tapi malah menghadapi protes itu. Tapi tidak apa.
Yang penting, kita semua sepakat melanjutkan perjuangan memajukan film
Indonesia," ungkapnya.
Sejak 1955
Tahun
lalu, ketika� tampil berbicara bersama Menbudpar dalam acara 'Kabinet
Indonesia Bersatu Menjawab' di TVRI, saya ditanya pembawa acara soal
kisruh yang selalu mewarnai penyelenggaraan FFI.
FFI pertama kali
diprakarsai oleh Persatuan Produser Film Indonesia (PPFI). Tujuannya
untuk menjadi tolok-ukur peningkatan kualitas dan peningkatan apresiasi
masyarakat terhadap film nasional.�
FFI pertama yang dibiayai
dengan uang pribadi Pendiri dan Ketua PPFI Djamaluddin Malik
diselenggarakan pada 1955. Tahun itu juga keriuhan langsung mewarnai
keputusan Dewan Juri FFI yang memenangkan film 'Tarmina' karya sutradara
Lilik Sudjio, mengalahkan 'Lewat Jam Malam' karya Usmar Ismail yang
diunggulkan para kritikus film.
Kontroversi hasil putusan juri
terulang pada FFI 1960. Film 'Pejoang' karya Usmar Ismail kembali kalah.
Yang terpilih sebagai Film Terbaik adalah 'Turang' karya sutradara
Bachtiar Siagian.
Merasa kecewa dengan dua kali hasil FFI, Usmar
Ismail tidak lagi berminat menyertakan filmnya pada festival itu.
Kegiatan itu pun terhenti hingga berakhirnya kekuasaan Presiden RI Bung
Karno.
Setelah Orde Baru berkuasa, kegiatan penilaian film
Indonesia kembali diselenggarakan pada 1967. Tapi tidak menggunakan
label FFI, melainkan nama baru, Pekan Apresiasi Film Nasional. Saat itu
tidak ada yang terpilih sebagai Film Terbaik. Namun, Misbach Jusa Biran
yang menyutradarai "Di Bawah Cahaya Gemerlapan' terpilih sebagai
Sutradara Terbaik.
Baru pada 1973 kegiatan FFI kembali
dihidupkan. Penyelenggaraannya dilaksanakan secara bergantian di kota
kunci pemasaran film di Indonesia: Jakarta, Bandung, Surabaya, Medan,
Palembang, Makasar, Semarang, dan Yogyakarta. Dimulainya kegiatan itu
seakan dimulainya kembali pula tradisi kericuhan dalam setiap kali
penyelenggaraannya. Berikut beberapa kejadian menonjol.
Dewan Juri Pingsan
Pada
FFI 1977 di Jakarta, masyarakat film diguncang oleh keputusan juri yang
tidak menetapkan film terbaik tahun itu. Suasana di dalam gedung
bioskop Djakarta Theater, tempat awarding, seperti mau pecah akibat
pengumuman tersebut. Diawali dengan kejadian ketua dewan juri D.
Djayakusumah yang jatuh pingsan saat membacakan putusannya. Pembacaan
putusan dilanjutkan oleh Rosihan Anwar.
Bukan putusan juri itu
semata yang membuat hampir semua orang film mengamuk. Tapi, terutama
karena konsiderans juri yang dibacakan Rosihan menuding umumnya produser
film Indonesia adalah "penjual mimpi". Pernyataan itu melukai hati
kalangan film. Dari peristiwa itulah lahir ketentuan yang yang melarang
juri membacakan� konsiderans secara lengkap di depan publik.
Juri
hanya diperkenankan menyampaikan merit atau kelebihan film yang dipilih
sebagai pemenang. Adapun hal lainnya yang dianggap sebagai rahasia
penjurian� harus disimpan rapat-rapat. Baru dapat dibuka untuk bahan
diskusi dan penelitian tiga tahun setelah itu. Namun, dalam praktiknya,
rahasia penjurian dari masa ke masa� belum pernah dibuka hingga
sekarang.
Pada FFI 1980 di Semarang putusan juri menominasikan
film dan beberapa unsur film 'Yuyun, Pasien Rumah Sakit Jiwa' produksi
PFN (sutradara Arifin C Noer) diprotes keras oleh rombongan wartawan
film dari Jakarta. Wartawan menyampaikan mosi tidak percaya pada putusan
juri atas dasar pelanggaran yang dilakukan panitia FFI memasukkan film
itu dalam kategori film cerita panjang.
Secara material 'Yuyun'
memang film cerita panjang, namun produksinya menggunakan izin film
dokumenter. Pada masa itu, pembuatan film cerita panjang harus
memperoleh rekomendasi dari pancatunggal perfilman. Yaitu lima
organisasi perfilman: PPFI, KFT, Parfi, GPBSI, dan Gasfi. 'Yuyun' yang
merupakan produksi perusahaan film negara tampaknya tak mengindahkan
aturan tersebut.
Geger 'Yuyun' mengundang reaksi Menteri
Penerangan Ali Murtopo. "FFI bukan festival aturan," tegasnya. Namun,
tokoh film nasional Asrul Sani menyatakan, meskipun bukan festival
aturan, namun festival di mana pun memiliki aturan. Seyogyanya semua
pihak menghormati aturan yang ada. Lebih-lebih pembuatnya.
Film
'Yuyun' memang tidak terpilih sebagai film terbaik FFI 1980. Yang
terpilih� adalah 'Perempuan dalam Pasungan' karya Ismail Soebardjo.
Tapi, selang beberapa bulan setelah itu, seorang wartawan film
membongkar fakta bahwa film itu jiplakan dari film Mandarin berjudul
'Perempuan Muda, 18 Tahun dalam Kurungan'. Pecahlah kembali kehebohan.
Heboh
FFI 1984 di Yogyakarta lain lagi.Tidak ada film terbaik yang ditetapkan
Dewan Juri waktu itu. Menpen Harmoko pun kecele ketika naik ke atas
panggung untuk membacakan surat putusan juri mengenai film terbaik yang
ternyata kosong. Padahal nominasinya ada. Seperti biasa, keputusan juri
tidak bisa diganggu-gugat. Kasus itu melahirkan ketentuan baru yang
isinya, juri wajib memilih satu yang terbaik jika dari unggulan yang
telah ditetapkan.
Kasus Korupsi
Tidak
selalu masalah penjurian yang memicu heboh dalam penyelenggaran FFI.�
Pada FFI 1982 yang berlangsung di Balai Sidang, Senayan Jakarta nyaris
ditutup Menpen Ali Murtopo malam itu juga. Gara-garanya, panitia
menyuguhkan tarian erotis di atas panggung pada acara pembukaan. Ali
Murtopo yang mengundang Wakil Presiden RI Umar Wirahadikusumah merasa
dipermalukan oleh pertunjukan itu.
Heboh di luar konteks
penjurian juga mewarnai FFI 1976 di Bandung, FFI 1983 di Medan, dan FFI
2007 di Pekanbaru. Yang ini terkait kasus dugaan penyalahgunaan anggaran
pemerintah daerah alias korupsi oleh panitia. Heboh korupsi di FFI 1976
di Bandung mencuat secara nasional karena digelindingkan oleh aktor
terkenal Dicky Zulkarnaen. Meskipun, kasus itu tidak pernah terbukti
secara hukum.
Saya hanya berbeda sedikit� dengan Pak Jero Wacik
dalam memandang kekeliruan yang terjadi pada FFI 2010. Hemat saya,
justru kejadian itu harus menjadi kerisauan kita bersama, supaya kita
bisa melahirkan satu tekad kuat memperbaiki FFI di masa datang.
Keseriusan juri menilai film sampai detail seperti yang ditunjukkan
kepada film 'Sang Pencerah' harus sama kadarnya ketika melaksanakan
amanat menjadi juri maupun panitia dalam melaksanakan tugas.
Ilham Bintang, Pemerhati film dan Pemimpin Redaksi Cek& Ricek
(mmu/mmu)
Source : Detik.Com
Let's Share Knowledge... Lebih Baik Hidup Dengan Banyak Warna, Dari Pada Hidup Dengan Satu Warna!!!
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
FanPage Taste Of Knowledge
Popular Posts
-
Sejak lahir, bocah asal Cikarang ini tak punya alat kelamin. Akibatnya, kencingnya tak terkontrol. Dewa penolong baru datang setelah ia beru...
-
Sinema Wajah Indonesia, Hadirkan Konten Tayangan Yang Lebih Indonesia Program ini merupakan rangkaian produksi dan penayangan film televisi...
-
Berikut ini adalah ulasan untuk menambah kecepatan komputer kita. Untuk menambah kecepatan komputer kita bisa dilakukan dengan pemeliharaan ...
-
1. Indonesia’s Got Talent - IGT (Talent Show, Indosiar) --- Ter-Favorit 2. Cinta Fitri Season 6 (Sinetron, MD Entertainment, SCTV) --- Runne...
-
Hai pengguna jagad maya seluruh dunia… bagaimana perasaan kalian jika kalian lagi pada galau? Memang lagi galau, sengaja pengen galau, ingin...
No comments:
Post a Comment