Monday, May 27, 2013

Satu Hari Di Vatikan

Swiss Guard, para pengawal Paus tengah berjaga.
Swiss Guard, para pengawal Paus tengah berjaga.
Vatikan menyimpan beribu sejarah dan cerita penting bagi gereja Katolik yang hingga kini masih menjadi misteri. Disebut sebut sebagai negara merdeka terkecil di dunia, karena total luas wilayah hanya 0,44km² (kira-kira setengahnya area Monumen Nasional -Monas Jakarta-red).  Ada apa saja di Vatikan?


Hari masih gelap dan dingin ketika alarm berbunyi pukul 5 dini hari. Bergegas saya bersiap-siap sebelum berangkat menemui Tina, seorang local escort dari kota Roma. Pagi itu saya dan keluarga akan mengikuti misa pribadi di kapel bawah tanah dari Basilika Santo Petrus, Vatikan. Dari hotel, kami berjalan sekitar 5 menit menuju halte bis dimana Tina telah menunggu. Perjalanan menuju Vatikan dengan bis ditempuh dengan waktu sekitar 30 menit dari pusat kota Roma. Memang, Vatikan berada di dalam wilayah kota Roma Italia. Vatikan dipimpin seorang Paus yang dikawal oleh tentara dari Swiss, disebut Swiss Guard atau Garda Swiss sejak tahun 1506. Untuk melindungi Paus dari serangan, sengaja dibangun tembok pembatas Vatikan.

Pagi di Basilika Santo Petrus

Saya turun di depan gerbang kota Vatikan yang pagi itu terlihat masih lengang. Di pintu masuk Basilica Santo Petrus terlihat hanya beberapa orang saja, kontras dengan suasana siang hari dimana antrian masuk sangat panjang. Saat itu sang surya baru terbit menyapa dunia dengan sinar merah keemasan. Segera saya mengeluarkan kamera untuk mengabadikan momen yang indah itu.

sunrise-vatican
Sunrise di Vatikan
Setelah melewati pos pemeriksaan, kami memasuki Basilica Santo Petrus yang merupakan bangunan gereja terbesar di dunia dengan panjang 118 meter dan lebar 64 meter.Kami disambut interior gereja yang menakjubkan dimana dinding dipenuhi pahatan serta lukisan indah. Selain itu terdapat juga puluhan patung orang-orang suci yang terbuat dari batu marmer. Ditemani Pastor Syl dari Polandia yang akan memimpin misa pagi itu, kami menuju pintu bawah tanah. Dimana akses masuk dijaga ketat oleh beberapa pria yang mengenakan setelan jas hitam. Hanya pengunjung dengan izin khusus yang diperbolehkan memasuki wilayah bawah tanah ini

Interior gereja penuh dengan pahatan dan lukisan indah.
Interior gereja penuh dengan pahatan dan lukisan indah
Bagian bawah tanah Basilica Santo Petrus terdiri dari lorong-lorong panjang dengan lukisan klasik di sepanjang dinding. Selain beberapa kapel terdapat juga makam para orang suci dan Paus, termasuk makam dari Paus Yohanes Paulus II. Bahkan ada salah satu makam yang dipercaya sebagai makam asli dari santo Petrus, murid Yesus. Saat berjalan melewati lorong bawah tanah ini, diam-diam saya merasa seperti melewati lorong rahasia dalam film Angels and Demons.

Jelang siang di Kubah Gereja (Cupola)

Untuk naik ke puncak kubah Basilika Santo Petrus tersedia 2 pilihan. Yang pertama adalah membayar €5 (sekitar Rp64ribuan) dan mendaki sekitar 500 anak tangga dari dasar gereja hingga puncak kubah. Pilihan kedua membayar €7 untuk naik lift sampai di atap gereja, kemudian mendaki sekitar 320 anak tangga hingga puncak kubah. Saya memutuskan untuk naik lift terlebih dahulu untuk menghemat tenaga. Lift kecil membawa saya ke bagian atap gereja. Di sini kita dapat melihat dari dekat lukisan indah di langit-langit gereja. Yang terbuat dari pecahan-pecahan porselen atau disebut juga dengan lukisan mozaic. Melalui pagar kawat, saya mengintip ke bawah dimana orang-orang dalam gereja terlihat sangat kecil bagaikan semut.

Penderita klaustrophobia atau rasa takut pada ruangan tertutup, sebaiknya tidak naik ke kubah.
Penderita klaustrophobia atau rasa takut pada ruangan tertutup, sebaiknya tidak naik ke kubah.
Dari dasar kubah kami mulai mendaki anak tangga satu per satu. Awalnya terasa mudah namun semakin tinggi perjalanan semakin berat. Karena bentuk tangga yang melingkar serta lantai yang miring mengikuti bentuk kubah yang bulat. Saya jadi maklum kenapa terdapat papan peringatan di dasar kubah yang ditujukan untuk manula dan orang dengan penyakit jantung diharapkan lebih berhati-hati. Lebar jalan sangat sempit, hanya cukup untuk satu orang saja. Saya harus berhenti beberapa kali untuk istirahat karena napas semakin sesak. Untuk penderita klaustrophobia atau rasa takut pada ruangan tertutup, sebaiknya tidak naik ke kubah. Karena jalan yang sangat sempit dan penuh dengan antrian orang yang akan naik.

Namun perjalanan melelahkan terasa tidak sia-sia saat sampai di puncak kubah. Saat berdiri di balkon dan ditemani terpaan angin yang cukup kencang, saya menikmati pemandangan kota Roma yang cantik. Satu kota dengan bangunan klasik yang didominasi warna pastel dan dikelilingi pepohonan nan asri. Dari atas kita juga bisa melihat dengan jelas bahwa Vatikan berbentuk anak kunci.

Vatikan berbentuk anak kunci.
Vatikan berbentuk anak kunci.
Nikmati sore di Museum Vatikan

Dari Basilika Santo Petrus, kami melanjutkan perjalanan menuju museum Vatikan yang bisa dijangkau dengan berjalan kaki sekitar 15 menit. Hari itu kami cukup beruntung karena antrian masuk museum tidak terlalu ramai. “Pada hari-hari liburan, antrian bisa mencapai 3 jam sebelum mencapai pintu masuk museum” kata Tina. Tiket bisa dibeli dengan harga €15 per orang. Dan hari minggu terakhir setiap bulan, museum terbuka untuk umum tanpa dipungut biaya masuk.

Tangga spiral museum Vatikan
Tangga spiral museum Vatikan
Museum Vatikan dibangun di atas lahan yang sangat luas. Terdiri dari beberapa ruangan dimana anda bisa mengagumi karya2 seni terkenal dari Leonardo da Vinci, Caravaggio, Bellini, Fra Angelico dan lain-lain. Apabila Anda penggemar museum, luangkan sedikitnya 3 jam untuk mengagumi ratusan benda-benda seni di sini. Jangan lupa untuk mengunjungi Sistine Chapel atau Kapel Sistina, sebuah ruangan yang menyimpan karya kontroversial dari Michelangelo yang berjudul “The Last Judgement”. Lukisan yang menggambarkan datangnya kembali Kristus dan hari kiamat. Michelangelo dianggap bersalah dan tidak bermoral karena melukiskan gambar-gambar orang telanjang. Kapel ini juga merupakan ruangan penting dalam aktivitas kepausan. Salah satunya adalah sebagai tempat berkumpulnya para kardinal gereja Katolik dalam rangka pemilihan Paus.

Nah, usai jalan-jalan, jangan lupa mencicipi gelato, kopi dan pizza Italy yang terkenal lezatnya. Banyak kios kecil penjual makanan dan toko souvenir di sekitar gerbang Vatikan. Selain itu, Cafetaria di Museum Vatikan juga menyediakan berbagai macam makanan dengan harga terjangkau.

No comments:

Post a Comment

FanPage Taste Of Knowledge

Popular Posts

My Twitter