Wednesday, June 01, 2011

SBY, Habibie Dan Megawati Hadiri Peringatan Hari Pancasila


Presiden Susilo Bambang Yudhoyono berjabat tangan dengan mantan Presiden RI ke-5, Megawati Soekarnoputri usai acara memperingati Hari Kelahiran Pancasila di Gedung Majelis Pemusyawaratan Rakyat (MPR), Jakarta, Selasa (1/6/2010). Pada 1 Juni 1945 Bung Karno menyampaikan pidato tentang dasar-dasar bernegara yang kemudian diperingati sebagai Hari Kelahiran Pancasila. KOMPAS IMAGES/DHONI SETIAWAN

Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) memperingati hari lahirnya Pancasila, Rabu, 1 Juni ini di kompleks MPR/DPR, Senayan, Jakarta. Selain sebagai lahirnya Pancasila, 1 Juni juga merupakan momen penting yang berisi pidato Bung Karno, presiden pertama RI, tentang ideologi Pancasila.

Peringatan kali ini menjadi berbeda karena selain diisi pidato Presiden Susilo Bambang Yudhoyono juga akan ada sambutan dua mantan presiden RI, yaitu B.J. Habibie dan Megawati Soekarnoputri. Bagi Megawati sendiri, peringatan kali ini bukan hanya momentum bersejarah, tapi memiliki makna khusus yang jauh lebih dalam.

Sebab, 1 Juni dan Pancasila adalah bagian tak terpisahkan dari sejarah hidup Soekarno. Meski ada yang menganggap undangan kepada Megawati kali ini memiliki makna politis, tak sedikit yang menganggap Mega pantas diberi panggung. Selain mantan presiden, Megawati adalah putri Sang Proklamator dan Ketua Umum PDI Perjuangan.

Peringatan kali ini mengundang sekitar 900 orang. Selain pejabat negara, gubernur, pimpinan partai, termasuk jajaran Kabinet Indonesia Bersatu jilid II, mantan wakil presiden juga diundang. Namun, baru dua mantan wakil presiden, yaitu Try Sutrisno dan Hamzah Haz, yang memastikan hadir. Presiden Yudhoyono dijadwalkan hadir.

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Presiden ke-3 BJ Habibie, dan Presiden ke-5 Megawati Soekarnoputri dijadwalkan akan menyampaikan pidato tentang Pancasila pada Peringatan Pidato Bung Karno 1 Juni 1945 di Gedung MPR RI, Jakarta, Rabu (1/6/2011). Peringatan Pidato Bung Karno 1 Juni 1945 digelar dengan tujuan memperkokoh komitmen kebangsaan seluruh komponen bangsa melalui pemaknaan, pemahaman, pemasyarakatan, dan pelaksanaan nilai-nilai empat pilar kehidupan berbangsa dan bernegara, yakni Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika.

Peringatan Pidato Bung Karno 1 Juni 1945 akan dimulai dengan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya, Pembacaan teks Pancasila oleh Wakil Ketua MPR RI Ahmad Farhan Hamid, dan persembahan lagu Garuda Pancasila oleh Paduan Suara Sekretariat Jenderal MPR RI. Selanjutnya, Ketua MPR RI Taufiq Kiemas menyampaikan pidato mengenai Pancasila, dan dilanjutkan dengan persembahan lagu "Indonesia Jaya" oleh dua Harvey Malaiholo dan Mike "Idol" Mohede.

Setelah itu, giliran Habibie menyampaikan pidato Pancasila selama 20 menit. Sebagai selingan, para undangan akan mendengarkan lagu "Pancasila Rumah Kita" yang dinyanyikan Lea Simanjuntak. Selanjutnya, Megawati akan membawakan pidato Pancasila selama 20 menit. Setelah itu, Paduan Suara Anak Vini Vidi Vici akan mempersembahkan lagu "Kembali ke Pancasila".

Presiden SBY sendiri dijadwalkan akan menyampaikan pidatonya selama 30 menit. Acara ditutup dengan menyanyikan lagu "Bhinneka Tunggal Ika" oleh paduan suara Setjen MPR RI dan pembacaan doa oleh Wakil Ketua MPR RI Lukman Hakim Saifuddin. Turut hadir pada acara peringatan tersebut, Wakil Presiden (Wapres) Boediono, mantan Wapres Jusuf Kalla, mantan Wapres Try Sutrisno, mantan Wapres Hamzah Haz, anggota MPR RI, anggota Kabinet Indonesia Bersatu Kedua, pimpinan dan anggota lembaga negara beserta pejabat eselon I, jajaran gubernur, pimpinan TNI dan Polri, ketua organisasi kemasyarakatan, dan ketua umum partai politik. Secara keseluruhan, undangan yang hadir mencapai sekitar 900 orang.

Lukman mengatakan, peringatan tersebut dilatarbelakangi perlunya merevitalisasi dan mereaktualisasi nilai-nilai empat pilar kehidupan berbangsa dan bernegara. Hal ini dipandang sebagai solusi terhadap krisis multidimensi yang tengah terjadi di Indonesia.

"Melalui peringatan ini, Pancasila diharapkan tidak menjadi konsep semata, tetapi mampu menjadi landasan etika dan moral ketika kita membangun pranata politik, pemerintahan, ekonomi, penegakan hukum, politik, sosial budaya, dan berbagai aspek kehidupan lainnya," katanya.

Peringatan yang sama juga digelar pada tahun 2010. Presiden SBY dan Megawati juga hadir. Saat itu, pertemuan keduanya menjadi momen yang diabadikan karena sebelumnya Mega tak pernah hadir dalam acara-acara kenegaraan yang digelar di gedung Dewan, termasuk tak memenuhi undangan pelantikan Presiden dan Wakil Presiden pada tahun 2009.

No comments:

Post a Comment

FanPage Taste Of Knowledge

Popular Posts

My Twitter