Saturday, February 16, 2013

Menyenangkan! Permainan Tradisional Bugis-Makassar

Bise-biseang. Permainan ini diangkat dari permainan masyarakat pesisir Bugis-Makassar. Pada permainan ini, pemain akan bergerak di titik awal ke titik tertentu menggunakan sarung sebagai kendaraan. | DOK KOMPAS TV
KOMPAS.com - Makassar punya segudang permainan tradisional. Di Sanggar Kesenian Batara Gowa, pembawa acara Kampung Main di Kompas TV, Ramon Y Tungka, menjajal beberapa di antaranya. Berikut penjelasan detil tiap permainannya.
Permainan bise-biseang ini benar-benar menguji kekompakan para pemain dalam satu tim. Meski kelihatannya sederhana, tapi permainan ini sungguh menguras tenaga, juga menguras tawa.
-- Ramon Y Tungka
1. Gandrang Bulo
Aslinya, Gandrang Bulo adalah sebuah tarian yang memiliki beberapa permainan di dalamnya. Ada permainan buwang-buwang passapu atau takanja-kanjarang, dan biko-biko.
Dalam Gandrang Bulo, para pemain yang menari jenaka saling melempar passapu (ikat kepala segitiga khas Bugis-Makassar) dan lawan yang lain berusaha merebut. Bila pemain lawan gagal merebut passapu, maka ia harus berperan menjadi kuda.
Permainan biko-biko yakni meniru gerak layaknya kelelawar, atau biko-biko dalam bahasa setempat.  Para pemain akan mengenakan sarung pada kepala hingga menutupi seluruh bagian kepala kecuali mata.
“Kalau dilihat sepintas, Gandrang Bulo ini mirip tarian jenaka. Padahal, pada saat diciptakan, sebenarnya tarian ini adalah bentuk sindiran terhadap penjajah Belanda. Contohnya saat pemain berlaku seperti seekor monyet yang saling mengejek,” terang Muhammad Andi Redo, Direktur Eksekutif Yayasan Kesenian Batara Gowa.

2. Mappadendang
Ini permainan irama alu dan lesung. Para pemainnya saling bergantian menumbukkan alu pada sebuah lesung hingga tercipta irama yang apik, menarik dan harmonis. Para pemainnya juga bernyanyi mengucap rasa syukur atas hasil panen yang melimpah. Irama dan nada yang rancak, membuat para pemainnya kian bersemangat.

3. Maggale
Permainan ini menggunakan tempurung kelapa yang dibelah dua dan dilubangi bagian tengahnya. Lubang ini kemudian diikat dengan seutas tambang tebal sepanjang sekira satu setengah meter.

Para pemainnya menggunakan tempurung kelapa bertali ini sebagai alas kaki saat berlomba berlari. Caranya, tambang dijepit di antara ibu jari kaki dan jari telunjuk kaki.

Siapa yang paling dulu mencapai garis finish, dialah pemenangnya. Pemain yang kalah, harus rela menggendong pemain yang menang.

4. Bu’uh Rawe
Permainan ini mirip dengan sepak bola. Ada gawang di kedua ujungnya. Bedanya, pada Bu’uh Rawe, ukuran gawangnya mini, dengan panjang hanya satu meter dan tinggi setengah meter.
Sebelum bermain, diadakan undian terlebih dahulu untuk menentukan tim yang akan menendang bola terlebih dahulu.

Cara bermainnya, serupa dengan permainan bola. Para pemain saling berlomba memasukkan bola ke gawang lawan. Uniknya, para pemain tidak menendang bola langsung dengan kaki, melainkan menggunakan tongkat serupa dayung. Pemain dan pemain lawan pasangannya pun bermain dengan punggung yang saling menempel.

Ya, Bu’uh Rawe adalah permainan yang tercipta di kalangan anak-anak nelayan Bugis-Makassar di pesisir pantai. Dulunya, permainan ini dimainkan oleh para nelayan yang tengah dilanda kebosanan saat berada di atas perahu yang terombang-ambing di tengah laut. Bolanya dibuat dari tempurung kelapa agar mengambang bila jatuh ke laut.

Seperti sepak bola, Bu’uh Rawe pun punya aneka tata cara permainan, yang apabila dilanggar, dikenakan sanksi. “Jika pemain mengambil bola tanpa dayung dan menggunakan kaki, itu pelanggaran. Pemain juga akan kena penalti itu jika bola kena kaki, atau kena batas gawang,” tutur Daeng Achi sang wasit.
Permainan akan berlangsung selama 3 babak. Masing-masing babak berlangsung selama 5 menit. Tiap berganti babak, tim pemain akan berganti gawang.

5. Makkaddaro
Permainan ini menggunakan tempurung kelapa sebagai alat permainannya. Masing-masing kelompok yang terdiri dari dua pemain saling bergantian menembakkan kaddaro atau tempurung kelapa hingga mengenai sasaran berupa kaddaro lawan yang dipasang di titik tertentu.

Permainan ini punya lima tahap permainan yang disesuaikan dengan cara melempar kaddaro masing-masing. Misalnya, pada Tendang Tapak Kaki di tahap pertama, pemain harus menendang kaddaro menggunakan kaki. Atau, Siku di tahap keempat yang mengharuskan para pemainnya membawa kaddaro di bagian siku untuk dijatuhkan di atas kaddaro lawan. Atau, Ma’jujung Kaddaro di tahap kelima yang mengharuskan para pemainnya menjunjung kaddaro di atas wajah.

Kedua tim pemain akan saling bergantian bermain. Bila tim yang satu usai bermain, maka tim lawan baru ganti bermain. Tim pemenang adalah tim yang paling banyak mengumpulkan poin yang dihitung oleh wasit. Tim yang kalah harus menirukan laku seekor monyet. Uuuuuk aaak uuuk aaak....

6. Bise’-bise’ang
Permainan ini diangkat dari permainan masyarakat pesisir Bugis-Makassar. Pada permainan ini, pemain akan bergerak di titik awal ke titik tertentu menggunakan sarung sebagai kendaraan. Sarung yang digunakan dalam permainan ini menyimbolkan sebuah perahu yang digunakan seorang nelayan saat pergi berlayar mengarungi lautan.

Dulunya, satu sarung dimainkan oleh satu orang pemain. Kini, satu sarung dimainkan oleh dua orang pemain yang duduk berhadap-hadapan dan saling bekerja sama menjalin kaki untuk menggerakkan perahu sarung.
“Permainan bise’-bise’ang ini benar-benar menguji kekompakan para pemain dalam satu tim. Meski kelihatannya sederhana, tapi permainan ini sungguh menguras tenaga, juga menguras tawa!” seru Ramon terkekeh. Dan sungguh, permainan ini memang sungguh kocak bagi yang melihatnya.

No comments:

Post a Comment

FanPage Taste Of Knowledge

Popular Posts

My Twitter