Monday, July 28, 2014

Salam 3 Jari!






Liputan6.com, Jakarta - Oleh: Sunariyah, Luqman Rimadi, Ahmad Romadoni, Silvanus Alvin
Senin 21 Juli 2014, sejam jelang tengah malam,  Joko Widodo dan Aria Bima bergegas  memasuki Dermaga 9 Pelabuhan Sunda Kelapa, Jakarta Utara. Tengok sana, tengok sini, Jokowi menunjuk sebuah kapal pinisi -- kapal layar tradisional khas asal Indonesia, yang berasal dari Suku Bugis dan Suku Makassar di Sulawesi Selatan.

“Itu saja, saya ingin acaranya di atas kapal itu,” kata Aria meniru ucapan Jokowi. Kapal itu bernama Buana Hati Setia, armada pengangkut barang asal Makassar, Sulawesi Selatan. Kapal itu baru saja tiba dari Sumatera Selatan dan hendak bersandar di Pelabuhan Sunda Kelapa.

Keesokan paginya, Aria Bima kembali ke dermaga, mencari kapal yang ditunjuk Jokowi semalam. Kali itu ia datang ditemani anggota timnya.

Kepada kapten kapal, Gasaling Mandali, anggota tim pemenangan Jokowi-JK itu mengutarakan niatnya: menyewa kapal yang baru saja bongkar muat semen itu sebagai tempat pidato kemenangan Jokowi.

Kaget, antara percaya dan tidak, Gasaling pun berseloroh, “Ah yang benar? Bapak serius, kapal saya akan dipakai Pak Jokowi?” ujar pria 54 tahun yang sudah menjadi nakhoda kapal sejak 1977.

Gasaling mengaku tak percaya. Sebab tak pernah ada informasi sedikit pun tentang Jokowi akan mampir ke pelabuhan. Apalagi memakai kapal yang sudah puluhan tahun digunakannya mengais rezeki.

“Sangat kaget, seperti mimpi. Kami orang kecil pada umumnya nggak pernah bermimpi sebelumnya. Tiba-tiba orang hebat seperti beliau (Jokowi) mau berada di kapal kami, apalagi berpidato kemenangan dirinya sebagai Presiden,” ujar Gasaling kepada Liputan6.com.

Kebanggaan tak hanya dirasakan Gasaling. Pemilik kapal, Munawir Mapangile, tak kalah terkejut dan senang. Ia mengaku bangga kapal yang dibuat orangtuanya itu menjadi saksi sejarah perubahan Indonesia. “Ini kebanggaan, buat saya dan keluarga, khususnya untuk keluarga besar saya, ayah saya, kakek saya Abdulrahim Daeng Malandre,” ucap dia.

Menurut Munawir, Buana Hati Setia tak sekedar nama kapal. Ada artinya, bahwa semua pekerjaan harus diawali dengan kata hati dan dilandasi dengan rasa cinta dan kesetiaan terhadap keluarga.  Saking senangnya, ia tak mengutip uang sewa. Buat Jokowi dan JK, gratis!

Pada Selasa 22 Juli 2014, tepat pukul 22.45 WIB, Jokowi-JK akhirnya membacakan pidato kemenangannya di atas Buana Hati Setia. Ribuan orang menyaksikan pidato kemenangan itu. Tak terkecuali para kuli panggul pelabuhan. Mereka menjadi saksi sejarah.

Pidato kemenangan disampaikan setelah Komisi Pemilihan Umum (KPU) menetapkan Jokowi-JK sebagai pemenang Pemilu Presiden 9 Juli 2014.

“Saudara-saudara sebangsa dan setanah air, kemenangan ini adalah kemenangan seluruh rakyat Indonesia. Saya berharap, kemenangan rakyat ini akan melapangkan jalan untuk mencapai dan mewujudkan Indonesia yang berdaulat secara politik, berdikari secara ekonomi, dan berkepribadian secara kebudayaan,” kata Jokowi yang didampingi Jusuf Kalla di atas kapal.

Jokowi dan JK juga mengajak seluruh rakyat yang sebelumnya terkotak-kotak secara politik untuk bersatu. Melupakan si nomor 1 dan si nomor 2. “Lupakanlah nomor 1 dan lupakanlah nomor 2, marilah kembali ke Indonesia Raya,” ucap Jokowi. Ia melanjutkan, "Salam 3 Jari, Persatuan Indonesia!"

Anggota tim pemenangan Jokowi-JK, Jay Wijayanto mengatakan, pemilihan kapal sebagai lokasi deklarasi pemenangan punya makna simbolis. “Kapal adalah simbol kuat maritim. Pak Harto kan konsepnya agraris, kalau Pak Jokowi mau menegaskan program-program kemaritiman,” jelas Jay.

Menang
Berdasarkan hasil penghitungan resmi (real count) KPU, Jokowi-JK unggul dengan memperoleh 70.997.883 atau 53,15 persen suara. Keduanya berhasil mengalahkan pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa yang meraup 62.576.444 atau 46,85 persen suara.

Selisih suara antara Jokowi-JK dan Prabowo-Hatta cukup besar besar, yakni 8.421.389 atau 6,3 persen. Sebelumnya, sejumlah lembaga survei menyebut, selisih suara antara dua pasangan itu 3 sampai 5 persen.

Namun, dari segi persentase, perolehan suara Jokowi-JK hampir mendekati hasil quick count (hitung cepat) beberapa lembaga survei. Hasil quick count Lingkaran Survei Indonesia (LSI), Jokowi-JK meraih 53,3 persen, sedangkan Prabowo-Hatta 46,7 persen.

Quick count RRI memperlihatkan Jokowi-JK unggul dengan 52,49 persen suara, sementara Prabowo-Hatta 47,51% suara. Di Litbang Kompas, Jokowi-JK 52,33 persen, Prabowo-Hatta 47,66 persen. Di SMRC, Jokowi-JK 52,91 persen, Prabowo-Hatta 47,09, dan di Indikator Politik Indonesia Jokowi-JK 52,95 persen, Prabowo-Hatta 47,05 persen.  

Kemenangan Jokowi-JK sedikit di atas prediksi lembaga survei, membuat para pendukungnya bersukacita. Banyak pendukung langsung melaksanakan nazarnya dengan kemenangan tersebut. Artis multitalenta Dorce Gamalama langsung berjalan kaki dari rumahnya di Lubang Buaya ke Cawang, Jakarta Timur.

Dua tempat itu memang berada di satu wilayah, tapi jaraknya sekitar 10 kilometer. “Gue langsung jalan kaki dari Lubang Buaya sampai Cawang dan nggak berhenti. Kaki gue pada bengkak nih, yang sebelah kiri yang paling bengkak,” ujar Dorce sambil memegangi kakinya.

Puncak perayaan kemenangan Jokowi-JK berlangsung ketika Jokowi memotong tumpeng setinggi 7 meter di Tugu Proklamasi, Jakarta Pusat. Ribuan warga yang masih menjalani puasa Ramadan berdesak-berdesakan mengikuti prosesi pemotongan tumpeng syukuran kemenangan itu. Tua-muda, pria-perempuan, kaya-miskin, semua berebut ingin mendapatkan potongan tumpeng dari presiden terpilih 2014.

“Mau kasih siapa ya? Siapa?” tanya Jokowi dari atas tangga yang goyah terkena desakan warga. Seorang bapak yang beruntung mendapatkan potongan tumpeng itu langsung berucap, “Terima kasih Pak, terima kasih Bapak Presiden Jokowi,” kata laki-laki itu dengan suara bergetar.

Pesta kemenangan mantan walikota Solo itu tak hanya ditandai pemotongan tumpeng. Tapi juga dimeriahkan oleh lagu ‘Salam 3 Jari’ yang dinyanyikan gitaris grup band Slank Abdee Negara. “Ayo salam 3 jari, mari jaga persatuan RI,” seru Abdee sebelum melantunkan lagu, Rabu 23 Juli 2014.
Kemenangan Jokowi-JK tak berarti perjuangan mereka selesai. Menurut Abdee Slank, Jokowi menang berarti saatnya melaksanakan Revolusi Mental. “Kemarin kita harus menang, sekarang saatnya Revolusi Mental,” tegas Abdee.

Berbeda dengan pemenang Pemilu Presiden sebelumnya, Jokowi-JK memang harus bekerja ekstra keras untuk bisa menjadi unggulan. Bahkan saat detik-detik terakhir penghitungan suara KPU, pasangan yang diusung PDIP, Partai Nasdem, PKB, Partai Hanura, dan PKPI itu harus menghadapi manuver lawannnya, yang membuat hampir semua publik tercengang.

Beberapa jam sebelum KPU mengumumkan hasil pilpres 2014, kala pasangan Jokowi-JK dipastikan menang, Prabowo tiba-tiba menyatakan mundur dari arena pertarungan Pilpres.

“Kami menarik diri dari proses yang berlangsung,” ujar Prabowo dalam jumpa pers di Rumah Polonia, Jakarta, Selasa 22 Juli 2014. Pada kesempatan itu, Prabowo tak didampingi cawapresnya Hatta Rajasa.

Pernyataan itu membuat suasana di rumah JK tegang. Mulai dari polisi, wartawan, dan ajudan tak mengalihkan pandangan mereka dari layar televisi, ketika Prabowo mengumumkan pengunduran dirinya dari proses pemilu yang sedang menuju proses akhir.

Pantauan Liputan6.com, pengamanan di kediaman JK langsung diperketat. Petugas penjaga berseragam cokelat muda keabu-abuan langsung digantikan oleh pasukan berseragam hitam dari satuan Brimob. Pistol terlihat di pinggang bagian kanan mereka. Dua polisi berseragam lengkap dengan kevlar dan senapan laras panjang.

Tamu-tamu yang datang ke rumah di Dharmawangsa, Jakarta Selatan, itu pun tak hanya melewati metal detector, tapi juga digeledah seluruh tubuhnya, dari atas sampai bawah. Di dalam rumah, JK yang mengenakan batik ungu muda dan celana panjang cokelat muda, sedang bersiap berangkat ke rumah Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri, Kebagusan, Jakarta Selatan.

Lantas di mana Jokowi? Kala itu ia sedang berada di Waduk Pluit. Bersama Anies Baswedan.
Menurut Anies, waduk seluas 80 hektar itu punya makna tersendiri bagi Jokowi. Dari situ lah, Gubernur DKI Jakarta itu melakukan perubahan di Jakarta.

Jokowi tahu kabar Prabowo mundur saat sedang duduk di tepi waduk. Mantan walikota Solo sempat terlihat beberapa kali berbincang lewat telepon.

Lalu, kagetkan Jokowi setelah mendengar kabar tersebut?

“Tidak, dia tenang-tenang saja, apa yang Pak Jokowi katakan di media juga sama seperti apa yang kita dengar. ‎Pak Jokowi juga katakan, Pak Prabowo itu orang bijak, tentu dia akan ambil langkah yang tepat bagi Indonesia,“ ucap Anies.

Toh manuver Prabowo tak membuat KPU menghentikan proses rekapitulasi suara, hingga akhirnya mengumumkan Jokowi-JK sebagai pemenang.

“Menetapkan pasangan calon presiden dan calon wakil presiden terpilih dalam pemilihan umum 2014 nomor urut 2 saudara Joko Widodo dan Jusuf Kalla dengan perolehan suara 70.997.833 suara atau 53,15 persen dari total suara sah nasional,” kata Ketua KPU Husni Kamil Manik saat membacakan keputusan pleno KPU di Gedung KPU, Selasa 22 Juli 2014.

Tanpa Bulan Madu
Kendati Prabowo-Hatta belum mengakui kekalahannya dan mengajukan gugatan ke Mahkamah Konsitusi, Jokowi-JK terus melanjutkan aktivitasnya. Keesokan hari setelah pidato di atas kapal, Jokowi langsung menjalankan tugasnya sebagai Gubernur DKI Jakarta.

Menggunakan setelan jas hitam dipadu dasi merah, Jokowi tiba di Balaikota Jakarta pukul 08.00 WIB. Raut wajahnya sumringah. Saat dihujani pertanyaan oleh wartawan yang sudah menunggunya, Jokowi hanya tertawa-tawa kecil.

Pasca-pengumuman hasil Pilpres, Menteri BUMN Dahlan Iskan menyebut Jokowi sebagai presiden baru tanpa bulan madu. Dalam waktu kurang dari 3 bulan, Jokowi harus berjibaku menuntaskan kewajibannya sebagai gubernur sekaligus mempersiapkan kabinetnya. Sekaligus tetap memantau gugatan Prabowo di Mahkamah Konstitusi (MK).

Tim pemenangan Jokowi-JK, Yuddy Chrisnandi, mengatakan, hampir setiap hari Jokowi-JK berkomunikasi melalui telepon untuk membahas pembentukan kabinet mereka. “Sehari bisa 2-3 kali bahkan mungkin lebih keduanya berkomunikasi lewat telepon,” kata Yuddy kepada Liputan6.com.

Hak prerogatif penyusunan kabinet memang ada di tangan presiden. Namun Jokowi harus hati-hati menetapkan siapa saja menteri yang akan membantunya menjalankan pemerintahan nanti. Sebab, kabinet itu akan menjadi gambaran pemerintahan seperti apa yang akan dijalankan oleh Jokowi.

Untuk menyiapkan kabinet dan juga program makro yang akan dilaksanakan setelah dilantik sebagai presiden 20 Oktober nanti, Jokowi mengaku telah menyiapkan kantor transisi. “Jangan dipikir kita belum bekerja. Kita langsung bekerja. Ada kantor transisi yang menyiapkan persiapan-persiapan ke tanggal 20 Oktober,” ujar dia.

Terkait komposisi kabinet pemerintahannya nanti, Jokowi mengungkapkan lebih memprioritaskan kaum profesional, tapi juga tetap memberikan porsi bagi politisi partai koalisi.

Yang jelas kata Jokowi, anggota kabinetnya nanti harus memiliki kriteria, “Leadership-nya kuat, harus mampu menjadi pemimpin di institusi yang ia pimpin, punya kompetensi yang baik secara manajerial dan mengerti manajemen adminstrasi pemerintahan, dan tentu yang utama mempunyai catatan baik, bersih (tidak korupsi) dan mau melayani.”

Direktur Eksekutif Populi Center Nico Harjanto ‎menyarankan Jokowi tak memilih ketua umum (ketum) partai politik sebagai anggota kabinet atau menterinya. Hal itu perlu agar para menteri yang telah diberikan mandat oleh presiden bisa fokus menjalankan tugasnya sebagai pejabat negara tanpa diganggu urusan partai politik.

Source : Liputan6.Com

No comments:

Post a Comment

FanPage Taste Of Knowledge

Popular Posts

My Twitter