Monday, January 30, 2012

Buku Anak Lokal Vs. Buku Anak Terjemahan


Yanti Susanti menulis skripsi yang sangat menarik tentang penyebab kualitas buku anak lokal lebih rendah dibandingkan bacaan anak terjemahan. Skripsi itu ditulisnya selagi mahasiswa Universitas Indonesia dengan judul “Perbandingan antara buku cerita bergambar lokal dan terjemahan terbitan Gramedia Pustaka Utama, Gramedia Widiasarana Indonesia, dan Elex Media Komputindo tahun 2000 kajian terhadap unsur-unsur intrinsik, ilustrasi, format buku, dan penerbitan”.

Dilihat dari unsur-unsur intrinsik, buku anak lokal dan terjemahan memiliki beberapa persamaan pada plot, konflik, tokoh utama, dan sudut pandang. Dari segi ilustrasi, buku anak lokal dan terjemahan memiliki persamaan dalam hal teknik pembuatan ilustrasi dan gaya ilustrasi.

Perbedaannya, buku anak lokal lebih banyak berupa cerita rakyat, sedangkan dalam bacaan anak terjemahan lebih banyak berupa cerita fantasi. Keunggulan bacaan anak lokal dibandingkan bacaan anak terjemahan terletak pada variasi ragam bacaan yang ditampilkan. Penulis lokal sudah merambah pada ragam fantasi, fiksi realistis, dan cerita rakyat. Sedangkan kelemahannya adalah alur cerita dalam bacaan anak lokal cenderung berbelit-belit, cara penyampaian pesan belum terasa halus, dan tidak mampu menarik anak ke dalam suatu dunia yang menyenangkan dan serba mungkin.

Keunggulan bacaan anak terjemahan yaitu jenis bacaan ini memiliki alur cerita yang sederhana, penyampaian pesan yang halus, ilustrasi yang baik, dan karakter tokoh yang kuat. Sedangkan kelemahannya adalah bacaan anak terjemahan lebih menonjolkan popularitas karakter tokoh cerita, akibatnya jalan cerita tidak mendapat perhatian yang serius oleh penulis.

Dari segi proses penerbitan, penerbit lokal memiliki kesulitan dalam memperoleh naskah bacaan anak lokal; proses penerbitan bacaan anak lokal yang membutuhkan waktu lama; penerbit merasa sumber daya manusia yang menguasai teknik komputer untuk menghasilkan ilustrasi dan tampilan buku yang artistik masih kurang. 

Penjualan bacaan anak lokal kurang bagus disebabkan minat masyarakat lebih mengarah pada bacaan anak terjemahan yang sudah memiliki karakter tokoh yang terkenal.
Buku anak lokal vs. buku terjemahan di rak toko buku
Yanti Susanti menulis skripsi yang sangat menarik tentang penyebab kualitas buku anak lokal lebih rendah dibandingkan bacaan anak terjemahan. Skripsi itu ditulisnya selagi mahasiswa Universitas Indonesia dengan judul “Perbandingan antara buku cerita bergambar lokal dan terjemahan terbitan Gramedia Pustaka Utama, Gramedia Widiasarana Indonesia, dan Elex Media Komputindo tahun 2000 kajian terhadap unsur-unsur intrinsik, ilustrasi, format buku, dan penerbitan”.
Dilihat dari unsur-unsur intrinsik, buku anak lokal dan terjemahan memiliki beberapa persamaan pada plot, konflik, tokohutama, dan sudut pandang. Dari segi ilustrasi, buku anak lokal dan terjemahan memiliki persamaan dalam hal teknik pembuatan ilustrasi dan gaya ilustrasi.
Perbedaannya, buku anak lokal lebih banyak berupa cerita rakyat, sedangkan dalam bacaan anak terjemahan lebih banyak berupa cerita fantasi. Keunggulan bacaan anak lokal dibandingkan bacaan anak terjemahan terletak pada variasi ragam bacaan yang ditampilkan. Penulis lokal sudah merambah pada ragam fantasi, fiksi realistis, dan cerita rakyat. Sedangkan kelemahannya adalah alur cerita dalam bacaan anak lokal cenderung berbelit-belit, cara penyampaian pesan belum terasa halus, dan tidak mampu menarik anak ke dalam suatu dunia yang menyenangkan dan serba mungkin.
Keunggulan bacaan anak terjemahan yaitu jenis bacaan ini memiliki alur cerita yang sederhana, penyampaian pesan yang halus, ilustrasi yang baik, dan karakter tokoh yang kuat. Sedangkan kelemahannya adalah bacaan anak terjemahan lebih menonjolkan popularitas karakter tokoh cerita, akibatnya jalan cerita tidak mendapat perhatian yang serius oleh penulis.
Dari segi proses penerbitan, penerbit lokal memiliki kesulitan dalam memperoleh naskah bacaan anak lokal; proses penerbitan bacaan anak lokal yang membutuhkan waktu lama; penerbit merasa sumber daya manusia yang menguasai teknik komputer untuk menghasilkan ilustrasi dan tampilan buku yang artistik masih kurang.
Penjualan bacaan anak lokal kurang bagus disebabkan minat masyarakat lebih mengarah pada bacaan anak terjemahan yang sudah memiliki karakter tokoh yang terkenal.
- See more at: http://alineatv.com/2012/02/29/buku-anak-lokal/#sthash.YmP9KxBl.dpuf
Buku anak lokal vs. buku terjemahan di rak toko buku
Yanti Susanti menulis skripsi yang sangat menarik tentang penyebab kualitas buku anak lokal lebih rendah dibandingkan bacaan anak terjemahan. Skripsi itu ditulisnya selagi mahasiswa Universitas Indonesia dengan judul “Perbandingan antara buku cerita bergambar lokal dan terjemahan terbitan Gramedia Pustaka Utama, Gramedia Widiasarana Indonesia, dan Elex Media Komputindo tahun 2000 kajian terhadap unsur-unsur intrinsik, ilustrasi, format buku, dan penerbitan”.
Dilihat dari unsur-unsur intrinsik, buku anak lokal dan terjemahan memiliki beberapa persamaan pada plot, konflik, tokohutama, dan sudut pandang. Dari segi ilustrasi, buku anak lokal dan terjemahan memiliki persamaan dalam hal teknik pembuatan ilustrasi dan gaya ilustrasi.
Perbedaannya, buku anak lokal lebih banyak berupa cerita rakyat, sedangkan dalam bacaan anak terjemahan lebih banyak berupa cerita fantasi. Keunggulan bacaan anak lokal dibandingkan bacaan anak terjemahan terletak pada variasi ragam bacaan yang ditampilkan. Penulis lokal sudah merambah pada ragam fantasi, fiksi realistis, dan cerita rakyat. Sedangkan kelemahannya adalah alur cerita dalam bacaan anak lokal cenderung berbelit-belit, cara penyampaian pesan belum terasa halus, dan tidak mampu menarik anak ke dalam suatu dunia yang menyenangkan dan serba mungkin.
Keunggulan bacaan anak terjemahan yaitu jenis bacaan ini memiliki alur cerita yang sederhana, penyampaian pesan yang halus, ilustrasi yang baik, dan karakter tokoh yang kuat. Sedangkan kelemahannya adalah bacaan anak terjemahan lebih menonjolkan popularitas karakter tokoh cerita, akibatnya jalan cerita tidak mendapat perhatian yang serius oleh penulis.
Dari segi proses penerbitan, penerbit lokal memiliki kesulitan dalam memperoleh naskah bacaan anak lokal; proses penerbitan bacaan anak lokal yang membutuhkan waktu lama; penerbit merasa sumber daya manusia yang menguasai teknik komputer untuk menghasilkan ilustrasi dan tampilan buku yang artistik masih kurang.
Penjualan bacaan anak lokal kurang bagus disebabkan minat masyarakat lebih mengarah pada bacaan anak terjemahan yang sudah memiliki karakter tokoh yang terkenal.
- See more at: http://alineatv.com/2012/02/29/buku-anak-lokal/#sthash.YmP9KxBl.dpuf
Buku anak lokal vs. buku terjemahan di rak toko buku
Yanti Susanti menulis skripsi yang sangat menarik tentang penyebab kualitas buku anak lokal lebih rendah dibandingkan bacaan anak terjemahan. Skripsi itu ditulisnya selagi mahasiswa Universitas Indonesia dengan judul “Perbandingan antara buku cerita bergambar lokal dan terjemahan terbitan Gramedia Pustaka Utama, Gramedia Widiasarana Indonesia, dan Elex Media Komputindo tahun 2000 kajian terhadap unsur-unsur intrinsik, ilustrasi, format buku, dan penerbitan”.
Dilihat dari unsur-unsur intrinsik, buku anak lokal dan terjemahan memiliki beberapa persamaan pada plot, konflik, tokohutama, dan sudut pandang. Dari segi ilustrasi, buku anak lokal dan terjemahan memiliki persamaan dalam hal teknik pembuatan ilustrasi dan gaya ilustrasi.
Perbedaannya, buku anak lokal lebih banyak berupa cerita rakyat, sedangkan dalam bacaan anak terjemahan lebih banyak berupa cerita fantasi. Keunggulan bacaan anak lokal dibandingkan bacaan anak terjemahan terletak pada variasi ragam bacaan yang ditampilkan. Penulis lokal sudah merambah pada ragam fantasi, fiksi realistis, dan cerita rakyat. Sedangkan kelemahannya adalah alur cerita dalam bacaan anak lokal cenderung berbelit-belit, cara penyampaian pesan belum terasa halus, dan tidak mampu menarik anak ke dalam suatu dunia yang menyenangkan dan serba mungkin.
Keunggulan bacaan anak terjemahan yaitu jenis bacaan ini memiliki alur cerita yang sederhana, penyampaian pesan yang halus, ilustrasi yang baik, dan karakter tokoh yang kuat. Sedangkan kelemahannya adalah bacaan anak terjemahan lebih menonjolkan popularitas karakter tokoh cerita, akibatnya jalan cerita tidak mendapat perhatian yang serius oleh penulis.
Dari segi proses penerbitan, penerbit lokal memiliki kesulitan dalam memperoleh naskah bacaan anak lokal; proses penerbitan bacaan anak lokal yang membutuhkan waktu lama; penerbit merasa sumber daya manusia yang menguasai teknik komputer untuk menghasilkan ilustrasi dan tampilan buku yang artistik masih kurang.
Penjualan bacaan anak lokal kurang bagus disebabkan minat masyarakat lebih mengarah pada bacaan anak terjemahan yang sudah memiliki karakter tokoh yang terkenal.
- See more at: http://alineatv.com/2012/02/29/buku-anak-lokal/#sthash.YmP9KxBl.dpuf
Buku anak lokal vs. buku terjemahan di rak toko buku
Yanti Susanti menulis skripsi yang sangat menarik tentang penyebab kualitas buku anak lokal lebih rendah dibandingkan bacaan anak terjemahan. Skripsi itu ditulisnya selagi mahasiswa Universitas Indonesia dengan judul “Perbandingan antara buku cerita bergambar lokal dan terjemahan terbitan Gramedia Pustaka Utama, Gramedia Widiasarana Indonesia, dan Elex Media Komputindo tahun 2000 kajian terhadap unsur-unsur intrinsik, ilustrasi, format buku, dan penerbitan”.
Dilihat dari unsur-unsur intrinsik, buku anak lokal dan terjemahan memiliki beberapa persamaan pada plot, konflik, tokohutama, dan sudut pandang. Dari segi ilustrasi, buku anak lokal dan terjemahan memiliki persamaan dalam hal teknik pembuatan ilustrasi dan gaya ilustrasi.
Perbedaannya, buku anak lokal lebih banyak berupa cerita rakyat, sedangkan dalam bacaan anak terjemahan lebih banyak berupa cerita fantasi. Keunggulan bacaan anak lokal dibandingkan bacaan anak terjemahan terletak pada variasi ragam bacaan yang ditampilkan. Penulis lokal sudah merambah pada ragam fantasi, fiksi realistis, dan cerita rakyat. Sedangkan kelemahannya adalah alur cerita dalam bacaan anak lokal cenderung berbelit-belit, cara penyampaian pesan belum terasa halus, dan tidak mampu menarik anak ke dalam suatu dunia yang menyenangkan dan serba mungkin.
Keunggulan bacaan anak terjemahan yaitu jenis bacaan ini memiliki alur cerita yang sederhana, penyampaian pesan yang halus, ilustrasi yang baik, dan karakter tokoh yang kuat. Sedangkan kelemahannya adalah bacaan anak terjemahan lebih menonjolkan popularitas karakter tokoh cerita, akibatnya jalan cerita tidak mendapat perhatian yang serius oleh penulis.
Dari segi proses penerbitan, penerbit lokal memiliki kesulitan dalam memperoleh naskah bacaan anak lokal; proses penerbitan bacaan anak lokal yang membutuhkan waktu lama; penerbit merasa sumber daya manusia yang menguasai teknik komputer untuk menghasilkan ilustrasi dan tampilan buku yang artistik masih kurang.
Penjualan bacaan anak lokal kurang bagus disebabkan minat masyarakat lebih mengarah pada bacaan anak terjemahan yang sudah memiliki karakter tokoh yang terkenal.
- See more at: http://alineatv.com/2012/02/29/buku-anak-lokal/#sthash.YmP9KxBl.dpuf

No comments:

Post a Comment

FanPage Taste Of Knowledge

Popular Posts

My Twitter