Sunday, September 29, 2013

Hidup Itu Seperti Main Film


Hidup itu seperti bermain film, kita harus membaca naskah (mengkonsepkan) dahulu sebelum berakting (bertindak). Naskah disini saya artikan sebagai proses memahami, mengerti atau mempelajari tentang yang akan dilakukan didepan kamera nanti.

Kamera biasanya diartikan sebagai media perekam gambarnya, tapi disini saya mengartikan langsung sebagai mata masyarakatnya itu sendiri,. Mereka merekam melalui ingatan mereka tentang gerak aksiden kita. Mereka adalah orang ketiga dan sudah pasti bukan sebagai lawan main saya secara langsung nantinya. Merekalah yang menyaksikan dan menilai segala tindakan-tindakan kita. Mata mereka merekam bagaikan kamera.

Siapa lawan main saya di film kehidupan ini?, sudah pasti mereka adalah keluarga, teman, sahabat dan semua orang yang berinteraksi sosial dengan saya. Mereka lah lawan main saya disini, karena kehidupan saya tidak lepas dari interaksi sosialku dengan mereka.Mereka bisa menjadi lawan main saya dalam film kehidupan ini dan bisa juga hanya menyaksikan dan menilai segala tindakan-tindakan ini.

Directornya Allah SWT. Peran sang Director disini memberikan pengarahan kepada si Aktor, siAktor selalu berkomunikasi tentang Sang Director dalam kehidupannya sehari-hari. Kedekatan si Aktor disini sebagai bentuk terima kasih karena telah terpilih untuk bisa bermain di film kehidupan ini, dan karenaNya lah saya ada disini. Thanks to Allah.

Dalam teori dramaturgi (teori sosiologi) terdapat 2 bagian,Front Stage dan Back Stage. Front Stage yaitu bagian pertunjukan yang berfungsi mendefinisikan situasi penyaksi pertunjukan. Front stage dibagi menjadi 2 bagian, Setting yaitu pemandangan fisik yang harus ada jika sang aktor memainkan perannya. Dan Front Personal yaitu berbagai macam perlengkapan sebagai pembahasa perasaan dari sang actor. Front personal masih terbagi menjadi dua bagian, yaitu Penampilan yang terdiri dari berbagai jenis barang yang mengenalkan status social actor. Dan Gaya yang berarti mengenalkan peran macam apa yang dimainkan actor dalam situasi tertentu. Back stage (panggung belakang) yaitu ruang dimana disitulah berjalan scenario pertunjukan oleh “tim” (masyarakat rahasia yang mengatur pementasan masing-masing actor)

Selayaknya pertunjukan drama, seorang aktor drama kehidupan juga harus mempersiapkan kelengkapan pertunjukan. Kelengkapan ini antara lain memperhitungkan setting, kostum, penggunakan kata (dialog) dan tindakan non verbal lain, hal ini tentunya bertujuan untuk meninggalkan kesan yang baik pada lawan interaksi dan memuluskan jalan mencapai tujuan. Oleh Goffman (tokoh Dramaturgi), tindakan diatas disebut dalam istilah “impression management”. Goffman juga melihat bahwa ada perbedaan akting yang besar saat aktor berada di atas panggung (“front stage”) dan di belakang panggung (“back stage”) drama kehidupan. Kondisi akting di front stage adalah adanya penonton (yang melihat kita) dan kita sedang berada dalam bagian pertunjukan. Saat itu kita berusaha untuk memainkan peran kita sebaik-baiknya agar penonton memahami tujuan dari perilaku kita. Perilaku kita dibatasi oleh oleh konsep-konsep drama yang bertujuan untuk membuat drama yang berhasil (lihat unsur-unsur tersebut pada impression management diatas). Sedangkan back stage adalah keadaan dimana kita berada di belakang panggung, dengan kondisi bahwa tidak ada penonton. Sehingga kita dapat berperilaku bebas tanpa mempedulikan plot perilaku bagaimana yang harus kita bawakan. 

Contohnya, seorang teller senantiasa berpakaian rapi menyambut nasabah dengan ramah, santun, bersikap formil dan perkataan yang diatur. Tetapi, saat istirahat siang, sang teller bisa bersikap lebih santai, bersenda gurau dengan bahasa gaul dengan temannya atau bersikap tidak formil lainnya (ngerumpi, dsb). Saat teller menyambut nasabah, merupakan saat front stage baginya (saat pertunjukan). Tanggung jawabnya adalah menyambut nasabah dan memberikan pelayanan kepada nasabah tersebut. Oleh karenanya, perilaku sang teller juga adalah perilaku yang sudah digariskan skenarionya oleh pihak manajemen. Saat istirahat makan siang, teller bebas untuk mempersiapkan dirinya menuju babak ke dua dari pertunjukan tersebut. Karenanya, skenario yang disiapkan oleh manajemen adalah bagaimana sang teller tersebut dapat refresh untuk menjalankan perannya di babak selanjutnya.

No comments:

Post a Comment

FanPage Taste Of Knowledge

Popular Posts

My Twitter