Sunday, June 17, 2012

Museum OHD, Ketika Sejarah Bangsa Dilukis Para Maestro

Museum OHD - terletak di Jalan Jenggolo No.14 Kota Magelang Jawa Tengah. Menyimpan karya-karya besar para maestro seni rupa Indonesia, diantaranya, Affandi, S. Sudjojono, Hendra Gunawan, 
H. Widayat dan Sudibio. 

MAGELANG, KOMPAS.com--Sekilas saja melihat dari depan bangunan museum Oei Hong Djien (OHD) Magelang saya sudah berdecak kagum. Betapa tidak, saya sudah disuguhi ukiran kereta kencana terbuat dari plat baja raksasa berwarna silver.

Teras depan yang tak cukup luas, sederhana namun memiliki daya tarik siapapun untuk masuk ke museum ini. Memasuki teras dalam museum, saya pun kembali disuguhi pemandangan menakjubkan. Beberapa patung, ukiran hingga karya-karya lukis mural di beberapa sudut dinding.

Lalu saya bertemu Fakhrurodin, seorang pemandu museum OHD, ia kemudian mengajak saya untuk masuk gedung utama museum. Saya tak berhenti berdecak kagum tatkala menyaksikan lukisan-lukisan artistik di dalam sana. Saya seolah menaiki mesin waktu dan molongok masa di mana para pejuang bangsa ini tengah mengukir sejarah besar.

Dr. Oei Hong Djien, sang kolektor sekaligus pemilik museum, dengan sangat apik menyusun puluhan lukisan masterpiece dari maestro-maestro Indonesia sesuai dengan tema dan periodenya. Sebagian besar tema yang diangkat adalah masa di mana negara ini sedang memperjuangkan kemerdekaan dari penjajah Belanda berikut suasana alam dan sosial masyarakat ketika itu.

Lukisan-lukisan itu antara lain karya lima maestro Indonesia Affandi, Sudjojono, Hendra Gunawan, H. Widayat dan Sudibio. "OHD hanya membatasi pada karya-karya kelima pelukis tersebut karena keterbatasan tempat. Namun, di dunia seni rupa mereka adalah maestro," ujarnya.

Nama Affandi, Sudjojono dan Hendra Gunawan di dunia seni rupa Indonesia sudah sangat kondang dan karya-karya mereka adalah yang terkuat dan terbanyak sebagai koleksi di OHD museum. Sedangkan Sudibio, meski masuk dalam generasi mereka namun masih belum banyak dikenal, namun ia cukup terwakili dengan karya-karyanya yang tua dan langka dengan gaya surealisme.

Ya, Sudibio dikenal dengan Bapak surealisme seni rupa Indonesia. Sementara H. Widayat adalah yang termuda dari generasi ini, ia mengusung lukisan baru yang penting dalam sejarah seni rupa "dekoratif magis", dekoratif tapi tidak manis tetapi magis.

Dari karya-karya mereka pengunjung bisa melihat sejarah Indonesia ketika revolusi terjadi. Pasca proklamasi oleh Ir Soekarno dan Bung Hatta pada 1945, Ibukota Indonesia sempat dipindah ke Yogyakrta, pada masa itu terjadi serangan agresi Belanda II ke Yogyakarta. Sang proklamator ditangkap Belanda dan diasingkan di Pulau Bangka. Kemudian pemerintahan Indonesia kembali bergeser ke Sumatera Barat dibawah kepemimpinan Syafruddin Prawiranegara. Sementara rakyat Yogyakarta ketika itu terus melakukan perlawanan terhadap Belanda di bawah komando Jenderal Soedirman.

"Tak banyak buku-buku ataupun pelajaran yang mengulas sejarah tersebut. Karya "old masters" di OHD museum mampu menunjukkan pada kita bahwa betapa besar jasa pahlawan pada negara ini," katanya.

Memang, suasana perang, alam hingga kehidupan sosial masyarakat tatkala itu terlukis sangat apik dan tentu penuh sentuhan seni yang tinggi di tangan para legenda seni rupa itu. Sayang, pengunjung dilarang mengambil gambar atau memotret sedikitpun lukisan-lukisan itu atau hanya sekedar suasana didalam. Menurutnya, hal itu dilakukan untuk mencegah pemalsuan oleh oknum-oknum tidak bertanggung jawab.

"Sebenarnya pada masa revolusi itu sudah banyak karya-karya lukis yang hebat, namun banyak juga yang musnah, selain karena kondisi perang juga karena tidak ada upaya pemerintah maupun pihak lain yang menyelamatkannya," tuturnya.

Karena itu, melalui museum ini, OHD menunjukkan kecintaannya pada sejarah dengan turut menyimpan dan merawat karya-karya itu.

Masa revolusi adalah periode sangat penting bagi Indonesia, pun begitu berpengaruh bagi para pelukis setelah generasi lima maestro itu. Antara tahun 50-an hingga 70-an, tema tersebut masih sering diangkat oleh para seniman. Bahkan beberapa pelukis luar negeri juga tidak sedikit yang mengangkat tema itu.
Di OHD museum juga dipamerkan seni rupa karya orang asing, macam karya Walters Spies, warga Rusia, juga lukisan Aries Smith dan Paul Husner dari Belanda, mereka sudah lama tinggal di Indonesia. Karya mereka di OHD bukan tentang negara mereka sendiri melainkan tentang Indonesia.

"OHD ingin, melalui museum ini masyarakat bisa memahami sejarah bangsa dan diharapkan menjadi dasar yang baik untuk memahami karya seni rupa Indonesia masa kini, yang terbentuk dari pondasi yang diletakkan oleh para seniman pelopor," tuturnya lagi.

Untuk dapat menikmati OHD museum yang ada di Jalan Jenggolo No.14 Magelang ini, pengunjung harus membeli tiket masuk Rp 100 ribu untuk perorangan dewasa Indonesia, non-Indoneisa Rp 150 ribu. Grup minimal 15 orang Indonesia Rp 75ribu, non-Indonesia Rp 125 ribu, Pelajar Rp 45 ribu dan gratis untuk anak-anak dibawah 5 tahun. K11-11

Source : Kompas.Com

No comments:

Post a Comment

FanPage Taste Of Knowledge

Popular Posts

My Twitter