Thursday, May 24, 2012

Dongeng 2,8 Miliar Dolar Dari Chelsea

Melihat kemenangan Chelsea di Liga Champions 2012 seperti menyaksikan perjalanan sebuah klub dongeng dari kawasan elite di barat Greater London, Inggris.

Berawal dari sebuah klub yang tidak sementereng Real Madrid, AC Milan atau Manchester United — kendati pernah menjuarai Liga Inggris 1954-55 — Chelsea masuk dalam lingkup elit dunia sejak awal 2000-an.

Pemilik lama, Ken Bates, yang membeli saham Chelsea dengan harga hanya 1 pound pada 1982, membawa filosofi pembangunan klub sepakbola di era modern. Selain mengganti logo usang Chelsea, Bates juga mengubah wajah tim menjadi lebih kosmopolitan.

Ruud Gullit, Gianluca Vialli, Mark Hughes, Jimmy Floyd Hasselbaink, Marcell Desailly, dan Gianfranco Zola adalah beberapa nama tenar yang dihadirkan ke Stamford Bridge.

Kebijakan Bates menjadi awal perubahan Chelsea sesungguhnya. Tahun 2003, krisis utang yang dialami Bates membuat saham Chelsea diborong raja minyak Rusia, Roman Abramovich. Kebijakan Bates dilanjutkan Abramovich, bahkan dengan dukungan dana yang sangat besar.

Secara total hingga 2012, Abramovich sudah mengeluarkan dana $ 2,8 miliar (Rp 26 triliun). Angka itu sudah termasuk lebih dari $ 300 juta yang dikeluarkannya untuk melunasi utang Chelsea sekitar dua tahun lalu.

Abramovich memang memoles Chelsea lebih mewah. Dari sisi pemain, sejak 2003 hingga kini, dia telah merekrut lebih dari 60 pemain berkategori sangat populer. Menurut penelitian ahli keuangan olahraga, Daniel King, dari koran The Sun, nilai total transfer para pemain itu mencapai $ 1,02 miliar.

Fasilitas latihan klub di Cobham, Surrey, disulap hingga memiliki fasilitas bintang lima. Bekas pemain Juliano Belletti, dibuat tercengang ketika baru ditransfer dari Barcelona pada 2007.

“Barcelona — sebagai klub elit dunia — tak punya fasilitas seperti Chelsea,” kata pemain dari Brasil itu ketika diajak berkeliling Cobham untuk pertama kalinya oleh kapten John Terry,

Di lapangan, musim 2003-04, Chelsea sudah mengancam papan atas EPL dengan menjadi juara dua dan mencapai semifinal Liga Champions. Setahun kemudian, berkat kehadiran pelatih Jose Mourinho, Chelsea benar-benar masuk dalam lingkungan elit Eropa. Dua gelar EPL secara beruntun (2005 dan 2006) menjadi pengakuan mereka. Itulah koleksi gelar EPL pertama Chelsea dalam setengah abad.

Sejak itu, Chelsea selalu menjadi kandidat juara EPL. Tetapi, uniknya, Abramovich terkesan menganggap biasa gelar juara EPL atau trofi Piala FA yang bergengsi atau Piala Liga Inggris. Nampaknya dia kenyang dengan 3 gelar EPL, 2 trofi Piala Liga dan 4 trofi Piala FA selama menjadi pemilik Chelsea. Dia hanya ingin melihat timnya merajai Eropa. Itulah impian terbesarnya.

Itu sebabnya Chelsea memiliki 7 pelatih berbeda dalam 8 tahun terakhir. Pelatih permanen seperti Mourinho, Avram Grant, Luiz Felipe Scolari, Carlo Ancelotti dan Andre Villas Boas harus angkat koper dengan uang pesangon yang tidak sedikit.

Padahal Ancelotti, sebagai contoh, meraih gelar ganda pada musim pertamanya di Inggris dua tahun lalu. Pelatih dari Italia itu mengantar The Blues juara EPL dan Piala FA.

Sekali lagi, Abramovich tidak menganggapnya istimewa. Yang dia inginkan adalah Chelsea menjuarai Liga Champions. Dan di 3/4 musim ini, selepas pemecatan Villas Boas, Abramovich berpikir tentang ambisinya di musim depan. Fabio Capello disebut akan menjadi pelatih tetap Chelsea musim depan untuk mewujudkan proyek ambisius itu. Padahal, musim ini belum juga selesai dilalui oleh Terry dkk bersama pelatih sementara Roberto Di Matteo.

Apa nyana, Di Matteo berhasil melampaui segala ekspektasi dan prediksi semua orang, termasuk sang bos besar. Pertama, Di Matteo hanya pelatih sementara. Kedua, Di Matteo berwenang penuh saat Chelsea sedang berada dalam situasi sulit. Terseok-seok menuju papan atas EPL dan baru saja dihantam Napoli di perdelapan final Liga Champions pada bulan Maret 2012.

Namun Di Matteo, yang kalem dan sulit diprediksi, membuktikan tangan dinginnya.

Misi sulit untuk menang sedikitnya empat gol atas Napoli di leg kedua perdelapan final Liga Champions berhasil dilalui. Benfica dan Barcelona menjadi korban berikutnya sampai akhirnya Bayern Muenchen dipermalukan di depan publiknya sendiri.

Di Matteo sekali lagi membuktikan kapasitasnya sebagai ahli meracik tim kendati Chelsea harus terlempar dari empat besar EPL atau yang pertama kali sejak 2003.

Kini, Abramovich membatalkan rencananya menghadirkan Capello di musim depan. Dia merasa perlu mengapresiasi jasa Di Matteo dengan memberinya kontrak permanen. Ini seakan menjadi pertanyaan lanjutan. Apakah Abramovich sudah menjadi lebih tenang karena ambisi tertingginya sudah tercapai?

Apakah itu berarti kegemarannya memecat pelatih juga akan berakhir dan berubah menjadi lebih moderat? Waktu yang akan memberi jawabannya. Dongeng masih mungkin berlanjut.

No comments:

Post a Comment

FanPage Taste Of Knowledge

Popular Posts

My Twitter