Wednesday, March 16, 2011

Inilah Evolusi Jejaring Sosial Manusia




Jakarta- Segala atribut manusia dicap sebagai keunikan, di antaranya alat untuk bertahan hidup, keberadaan bahasa maupun fenomena perang. Inilah sejarah jejaring sosial manusia.

Ahli biologi memiliki pandangan bahwa kesuksesan manusia terletak pada kehidupan sosial mereka. Kemampuan untuk bekerja sama dan kecerdasan membuat individu lain berada di posisi ‘bawah’ agar bisa merasakan kekuatan atas diri sendiri, merupakan akar pencapaian manusia.

“Manusia tidaklah istimewa karena otak besar mereka,” ujar Kim Hill, antropolog sosial di Arizona State University. “Itu bukan alasan kita bisa membangun kapal roket. Kita memiliki roket karena memiliki 10 ribu orang yang mampu bekerja sama dalam menciptakan suatu informasi.”

Dua ciri utama yang mendasari keberhasilan evolusi manusia, menurut pandangan Dr. Hill, adalah kemampuan yang tidak biasa antar individu ‘asing’ atau nonrelatif untuk bekerja sama. Padahal, semua spesies, hanya individu yang memiliki keterikatan tinggi bisa membantu satu sama lain.

Selain itu, ciri utama evolusi manusia adalah kemampuan menyerap atau pembelajaran sosial. Dalam lingkup jejaring sosial, manusia mampu menyerap inovasi dengan mudah.

Jika perubahan perilaku menjadi pengembangan penting dalam evolusi manusia, jawaban utama mengapa manusia menjadi unik terletak pada eksplorasi bagaimana manusia pertama kali berpisah dari kaum kera.

Ahli paleontologi sering berasumsi bahwa masyarakat simpanse cukup pantas untuk dipersandingkan dengan manusia meskipun kedua struktur sosialnya sangat berbeda. Komunitas simpanse memanfaatkan hierarki pejantan yang mendominasi. Sedangkan simpanse betina dianggap ‘tidak bernilai’ dan tidak termasuk dalam sistem hierarki.

Bagaimana pengaruh perubahan struktur kehidupan dan perilaku manusia? Menurut Dr. Bernard Chapais dari University of Montreal, ahli primata yang menghabiskan 25 tahun untuk mempelajari monyet dan kera, melihat adanya transisi yang menyebabkan manusia purba mengalami perubahan yang membedakannya dengan kalangan simpanse.

Manusia purba mulai berjalan dengan dua kaki karena lebih efisien dibandingkan berkeliling hutan dengan buku jari, seperti simpanse. Dengan tangan yang tidak melakukan apa-apa, manusia mulai menciptakan isyarat simbol dan alat.

“Keberadaan alat dalam bentuk senjata, memunculkan manusia dalam lingkup masyarakat,” ujar Dr Chapais. Meskipun simpanse secara fisik dominan dan dapat mengalahkan pesaing manapun, keberadaan senjata membuat manusia tampak lebih kuat. Senjata juga memunculkan unsur monogami.

Senjata menciptakan perubahan penting dalam perilaku seksual manusia di mana ikatan pasangan antarsatu pria dan satu wanita semakin besar. Dengan hanya satu pasangan, pria memiliki kemampuan lebih besar untuk menjaga dirinya sendiri, pasangan dan keturunan mereka.

“Ikatan pasangan adalah peristiwa penting yang membuka jalan bagi evolusi manusia,” kata Dr Chapais. Di tingkat fisiologis, memiliki orangtua memungkinkan otak bayi berkembang lebih optimal. Melalui tahap ini, seleksi alam mampu menaikkan volume otak manusia hingga mencapai tiga kali lipat otak simpanse.
 
Pada level sosial, keberadaan pasangan, satu laki-laki dan satu perempuan, menciptakan struktur silsilah keluarga. Dampak lanjutan adalah menghindari inses yang menjadikan manusia ‘berbeda’. “Tidak ada tekanan utama yang membuat kita menjadi manusia,” ujar Dr Chapais lagi. Ia melihat evolusi manusia meruapakan serangkaian proses ketidaksengajaan.

Struktur sosial baru mendorong perkembangan perilaku sosial yang berbeda. “Saya pribadi sangat terpaku pada kerja sama yang membedakan manusia dari kera,” kata Michael Tomasello, psikolog perkembangan perilaku di Max Planck Institute for Evolutionary Anthropology, Jerman. [mdr]

No comments:

Post a Comment

FanPage Taste Of Knowledge

Popular Posts

My Twitter